Wednesday, March 9, 2011

BERBAGI

Mau Berbagi

Hari ini, pertama kalinya saya pergi ke sanggar akar. Banyak hal yang terbayang di pikiran saya akan apa yang akan terjadi hari inI. Pagi harinya, cuaca tidak mendukung. Hujan deras turun terus-menerus, bahkan hingga saya sampai di halte SGU. Saya tiba disana pukul 11.20, tetapi hanya ada empat orang, termasuk saya, yang ada di halte. Bu ketika semua telah hadir, bus pun datang, tapi Bu Purwi belum datang sehingga kami harus naik bus pukul 11.50. Kami sampai di sanggar jam satu lewat dan tiba di halim sekitar setengah dua. Sesampainya di sana, tak lama kemudian anak-anak berdatangan. Mayoritas yang datang adalah perempuan, laki-lakinya hanya dua anak. Dua perempuan diantaranya ada yang sudah SMP dan SMA. Walau sudah cukup dewasa, mereka tetap antusias dalam melakukan kegiatan. Saya, Natalie, Zelda, Nanda, dan Bu Vita melakukan perkenalan kemudian mereka juga memperkenalkan diri. Setelah itu, kegiatan kami mulai dengan membuat prakarya. Sesuai keinginan anak-anak, mereka memilih untuk membuat tempat pensil. Dengan bahan dasar kardus dan stik eskrim bekas, mereka sangat antusias membuatnya. Bertanya-tanya cara melakukannya hingga akhirnya semuanya dapat mereka selesaikan dengan panduan dari saya dan yang lainnya. Sebelum usai, ada satu anak yang meminta dibuatkan burung origami kepada saya. Ia masih kecil. Setelah ia dibuatkan, banyak yang lainnya juga minta dibuatkan. Setalah selesai dibereskan, saya dan yang lainnya pun kembali ke BSD dengan bus yang sama bersama-sama tim Penas.
Satu hal yang menjadi pelajaran bagi saya, terkadang banyak hal yang biasa bagi saya. Membuat burung-burungan bukanlah hal yang sulit. Burung-burungan tersebut juga tidak berarti besar. Namun, bagi anak-anak di sana, karya kecil seperti itu sungguh berharga bagi mereka, bahkan diperebutkan.
Bersyukur atas apa yang Tuhan berikan dalam hidup saya menjadi hal yang sangat saya rasakan saat saya datang hingga pulang dari Halim. Selayaknya, saya lebih menghargai akan apa yang telah saya miliki dan mau berbagi akan apa yang saya bisa berikan. Karena saya tidak akan pernah semakin kekurangan ketika saya mau berbagi.
By samuel


Hari Minggu kemarin adalah pengalaman saya pergi ke Sanggar Anak Akar, untuk bermain dan membuat prakarya dengan teman-teman di sana. Saya pergi ke Halim bersama Zelda, Natalie, dan Samuel. Pada saat akan pergi ke sana, kami sempat tertinggal bus yang jam 11.30 WIB karena pada saat itu (mungkin) hujan dan beberapa ada yang telat. Tapi pada kedatangan bus selanjutnya kami semua sudah berkumpul dan langsung pergi ke sana.

Pada sampai di Halim, saya sempat kaget dengan tempat di mana saya dan teman-teman dari halim yang akan bertemu. Itu hanya berupa bangunan, sebenarnya tidak layak juga disebut bangunan yang sebelahnya adalah tempat pembuangan sampah-sampah. Saya sempat mengalami ketakutan saat saya melihat ada kaki seribu merayap di ubin tempat kita berkumpul. Saya sangat takut dengan segala macam yang merayap, entah cacing, ulat, dan sebagainya. Akhirnya hal itu dapat diatasi dan saya bisa tenang kembali dan melanjutkan berinteraksi dengan teman-teman di sana.

Selama hari itu, teman-teman dari halim yang berkumpul katanya tidak sebanyak biasanya. Hari itu memang hujan, sehingga mungkin banyak anak-anak yang enggan datang. Pada saat kami sedang membuat prakarya, ada anak bernama Inul serta teman-temannya yang sedang mengambil sampah-sampah. Ketika kami mengajak ia untuk bergabung, ia menolak. Ia lebih memilih memunguti sampah, yang bila di loakan akan memberikan uang buat dia dari pada duduk dan membuat kotak pensil di tempat kami sedang membuat prakarya. Padahal Inul baru berumur sekitar 7 tahunan. Betapa kasihan.

Dari beberapa teman yang datang pada hari itu, saya agak lebih dekat dengan seorang anak bernama Dyah atau dipanggil oleh teman-teman disitu adalah Dede. Dede sangat bawel, selama proses pembuatan prakarya selalu berbicara. Semua hal dibicarakan oleh Dede. Dia sempat mengeluhkan sebentar lagi Ujian Nasional (Dede kelas 3 SMP) dan dia merasa takutmenghadapi UN tersebut. Dede juga sempat mengutarakan lebih baik ia sekolah di Sanggar Anak Akar daripada sekolah nya sekarang, karena di sekolahnya banyak labrak-melabrak antar angkatan (senioritas). Lagipula di Sanggar Anak Akar juga mengikuti UN kejar paket B kata Dede.

Hari itu saya belajar banyak. Belajar bagaimana mereka bisa hidup dengan segala kesederhaan mereka. Mendengarkan keluhan mereka. Berhasil menahan diri dari phobia insekta. Sadar bahwa hidup saya jauh dari kecukupan dan lebih bersyukur dengan apa yang saya miliki.

Ananda Christie

No comments:

Post a Comment