Tuesday, February 8, 2011

PENDIDIKAN YANG MEMANUSIAKAN

Pengalaman Pertamaku

Minggu ini adalah pertama kalinya saya pergi ke Sanggar Anak Akar sebagai anggota JANGKAR. Saya pergi ke Sanggar bersama dengan 6 anggota JANGKAR lainnya dan 2 guru pendamping. Perjalanan kami tempuh dari halte SGU sampai ke daerah UKI menggunakan bus lalu dilanjutkan menggunakan angkot untuk menuju Sanggar. Sampai Sanggar kami dibagi menjadi 2 kelompok, saya pergi ke Halim bersama 3 teman dan 1 guru pendamping, sedangkan ketiga teman saya dan guru pendamping lainnya pergi ke Penas. Perjalanan dari Sanggar ke Halim tidak terlalu jauh, kami hanya perlu berjalan kaki saja. Perasaan saya sebelum pergi ke Sanggar adalah gugup dan takut tidak dapat berbaur dengan anak-anak di sana, takut juga apabila keterampilan yang kami buat tidak menarik. Namun, setelah sampai di Halim dan mulai berinteraksi dengan anak-anak dan teman-teman yang ada di sana, ketakutan saya pun berubah menjadi sebuah perasaan nyaman dan enjoy. Kegiatan kami mulai dengan mengajak teman-teman di Halim bernyanyi, lalu kami lanjutkan dengan kegiatan keterampilan yang telah kami rancang, yaitu membuat kartu valentine untuk teman atau orangtua mereka. Teman-teman di Halim sangat antusias sekali dalam membuat kartu, mereka juga sangat kreatif dalam menghias kartu-kartu tersebut. Bukan itu saja, mereka terlihat sangat bergermbira dalam menjalanin rangkaian kegiatan yang kami rencanakan. Kami juga mengajari mereka membuat keterampilan dari origami dan kami membiarkan mereka mengekspresikan diri mereka melalui keterampilan tersebut. Memang, ada juga yang tidak mebuat kartu karena asik bermain dengan kertas origami. Namun, menurut saya itu bukan masalah karena mereka pun senang dalam melakukannya, yang penting mereka senang dan tidak malu-malu dengan kami. Kami juga mendengar cerita-cerita dari teman-teman di Halim dan kami juga membagikan cerita-cerita kami kepada mereka. Kegiatan pada hari ini berlangsung sangat baik dan membahagiakan. Saya sebagai pribadi pun puas karena dapat membahagiakan teman-teman di Halim serta dapat memberikan waktu saya untuk mereka. Saya belajar untuk berbaur dan belajar untuk sabar ketika berinteraksi dengan teman-teman di sana. Saya senang sekali melihat mereka senang. Untuk itu saya ingin kembali lagi untuk memberikan waktu luang saya untuk bermain-main dan bersenang-senang bersama teman-teman di Halim.
By Olin

Tuesday, February 1, 2011

Kepedulian kami yang terakhir bersama siswa kelas XII. Perjalanan ke Penas kami lalui dengan santai dan bersahabat. Kami sangat menikmati perjalanan dengan bus dan angkot yang merupakan kendaraan wajib yang kami pakai untuk merasakan denyut nadi dan bau keringat orang-orang kecil. Sekitar 1 jam kami lalui dan tiba di lokasi persemai persaudaraan dengan keluarga kami, anak-anak yang selalui merindukan kedatangan kakak-kakaknya. Berikut pengalaman kecil kami


Minggu ini adalah kali ketiga saya mengunjungi sanggar akar. Berbeda dengan kunjungan sebelumnya, kali ini saya pergi ke halim. Satu pengalaman baru yang tentunya sangat luar biasa dari mulai berangkat dari sanggar. Meski gerimis saya tetap antusias untuk membagi keceriaan dengan adik-anak di halim. Anak-anak di halim lebih teratur dari di penas, mereka pun terlihat sangat menyimak setiap hal yang saya ajarkan dari mulai membuat desain topeng, menggunting kertas hingga memasang karet. Mereka sangat senang belajar hal baru. Walaupun itu hari minggu dan hari hujan tidak sedikit pun rasa terpaksa yang mereka tunjukkan. Kunjungan ini semakin membuat saya termotivasi untuk bisa membagi keceriaan yang ada pada saya untuk orang-orang di sekitar saya. Walau kunjungan terakhir, semoga di lain waktu saya dapat kembali ke sanggar dan membagikan keceriaan yang lebih besar bagi mereka.
By Adriel


Di kesempatan terakhir kali ini untuk saya, saya mendapatkan giliran untuk pergi ke sanggar akar dimana yang berangkat ada 6 anggota KASA dan 3 anggota JANGKAR yang merupakan masa peralihan dan beserta 2 orang guru pendamping. Perjalanan dimulai dari halte pada jam 12 siang dan sampai di sanggar akar kurang lebih jam 1. Tujuan kali ini ada 2 tempat yakni Penas dan Halim, maka kelompok dibagi menjadi 2, 4 orang termasuk saya ditambah guru pergi ke Penas dan 5 orang lainnya pergi ke Halim.
Begitu sampai di Penas, anak-anak tidak langsung datang menghampiri sehingga perlu menunggu terlebih dahulu sampai anak-anak berkumpul. Dengan melihat betapa Lido, Agus, Nanda dengan begitu bersemangat mencari-cari temannya yang lain untuk bertemu dengan kami, saya pribadi semakin merasa senang bahwa anak-anak begitu mengharapkan kehadiran kami di antara mereka meskipun memang banyak yang masih malu-malu dan hanya sebagian yang datang.
Di dalam pertemuan ini anak-anak di ajarkan cara membuat bingkai foto/gambar dari kertas karton dan benang wol. Saat perkenalan, anak-anak di tanyakan mengenai cita-cita mereka. Dengan berbicara mengenai impian mereka, saya juga semakin teringatkan pada kenyataan bahwa mereka punya impian, keinginan yang ingin mereka capai dan itu adalah baik, padahal melihat lagi ke belakang kadang justru saya saat seusia mereka masih tanpa arah dan tidak tahu mau jadi apa. Mereka memiliki impian yang bisa jadi lebih besar dari apa yang saya miliki namun selalu yang menjadi kendala adalah keinginan tidak selalu disertai kesempatan yang baik untuk mereka. Saya merasa bahwa adalah hal yang lebih baik bila kesempatan tersebut semakin terbuka dengan apa yang sudah kita lakukan.
Saya senang bisa berkesempatan untuk lebih mengenal mereka dengan beraktivitas bersama mereka. Memang ada kesulitan-kesulitan seperti pertengkaran-pertengkaran yang seringkali terjadi dan itu menjadi tidak enak bagi saya untuk merasakan ketidakmampuan saya sendiri dalam mengatasinya. Melihat itu saya juga merasa bahwa saya masih perlu banyak belajar mengerti orang lain terutama dalam tujuan bisa menjadi solusi bagi orang lain.
By Edwin


Kemarin minggu adalah saat terakhir aku ke sanggar sbagai anggota KASA. Saat berangkat jujur saya merasakan kesedihan,bahwa hari itu adalah kunjungan terakhir ke sanggar. Namun setibanya di sana, perasaan itu brubah menjadi kesenangan,bukan senang karena yang terakhir tetapi senang karena saya masih bisa ke sana untuk memberikan kebahagiaan yang saya miliki untuk anak2 disana. Hari itu juga adalah yang pertama dan terakhir kalinya saya ke Halim. Bertemu dengan teman-teman baru, saya juga belajar hal yang berbeda dri sebelumnya. Saya sempat bertanya pada Meli, salah satu anak yg tinggal di sana, mengenai cita-citanya. Awalnya ia menjawab saya dengan "mana bisa kak aku punya cita-cita, kan enggak sekolah," ketika saya bertanya lagi untuk kedua kalinya, ia dengan malu-malu menjawab ingin jdi pramugari, tapi ia kembali menekankan bahwa ia tidak bisa jadi pramugari karena tidak sekolah. Hati saya miris mendengarnya. Anak sekecil itu sudah harus mengetahui fakta kehidupan yang kejam,namun ia sebetulnya masih berani untuk bermimpi. Saat saya berbincang-bincang dengan dia, dia berkata bahwa dia sangat senang dengan kedatangan kami kesana. Ia bilang bahwa melakukan kegiatan seperti ini adalah suatu kebahagiaan sendiri baginya. Dari satu anak kecil ini saya belajar bahwa dalam kesederhanaan hidup, kita harus selalu bersyukur dan hidup dalam kegembiraan. Selain itu saya belajar juga untuk kembali berani bermimpi. Terkadang saya takut untuk bermimpi karena takut untuk jatuh. Tetapi saya dikuatkan kembali oleh anak-anak kecil ini. Menurut saya bukan mereka yang mendapatkan pelajaran dari saya. Merekalah yang memberikan saya begitu banyak pelajaran hidup yang berharga.
By Felicia

Hari ini merupakan pertama kalinya saya pergi ke Sanggar Anak Akar. Awalnya, saya merasa sedikit canggung saat berkenalan dengan anak-anak di Penas, namun setelah kegiatan berjalan, saya merasa senang dapat berinteraksi dengan anak-anak.
Saya belajar untuk kegiatan ke berikutnya sebaiknya memperhatikan tingkat kesulitan prakarya agar tidak terlalu sulit bagi anak-anak. Saya juga harus lebih memperhatikan jumlah alat dan bahan yang hendak dibawa agar tidak timbul kejadian rebut-rebutan yang dapat berujung pada perkelahian.
Anak-anak di Penas sangat aktif dan antusias. Namun, di kemudian hari, saya harus belajar lebih kreatif dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan mereka agar mereka tambah antusias lagi dalam menjalani kegiatan. Saya juga harus belajar melerai bila ada perkelahian di antara mereka.
Saya juga mendapat banyak saran dan cerita dari Listia dan Feli. Saya sangat senang karena mereka begitu mensupport kami yang baru pertama kali pergi ke sanggar. Mereka mendukung kami agar tidak malu-malu dan ragu dalam berinteraksi dengan anak-anak.
Saya tidak terlalu terkejut melihat lingkungan tempat mereka tinggal, karena saya pernah bepergian ke tempat-tempat seperti itu sebelumnya, namun yang saya baru pertama kali saksikan kali ini adalah sekelompok ibu-ibu yang memunguti sampah dari sungai. Saya baru tahu kalau ada pekerjaan seperti itu. Saya juga kaget saat menyaksikan bahwa di belakang pos di Penas ada sebuah bangunan yang bagus, entah kantor atau restoran. Betapa mencoloknya perbedaan yang ada di antara bangunan itu dengan bangunan-bangunan yang ada di sekitar pos.
Secara keseluruhan kegiatan hari ini sangat menyenangkan. Saya senang bisa berinteraksi dengan anak-anak di Penas, sampai-sampai tak terasa sudah jam 3 sore. Saya ingin pergi lagi ke sanggar di kesempatan berikutnya. Semoga semangat ini tidak hanya muncul di awal dan meredup, melainkan tetap tumbuh berkembang setiap harinya.
By Claudia


Kunjungan saya ke sanggar pada tanggal 16 Januari 2011 semakin memperkuat pandangan saya mengenai realita yang terdapat di masyarakat kita. Saya yakin bahwa setiap orang memiliki potensi-potensi di dalam diri mereka untuk dapat menjadi orang-orang yang sukses. Hanya saja, kesempatan yang didapat oleh setiap orang berbeda-beda, sehingga terbentuklah kesenjangan-kesenjagan sosial yang terdapat di dalam masyarakat. Hal ini terpancar ketika saya bersama kelompok saya mengajak anak-anak sanggar untuk membuat prakarya berupa bingkai foto dan bando. Meskipun ketika dijelaskan bagaimana cara membuatnya ada anak yang mengeluh karena kurang menyukai prakarya yang akan dibuat, tetapi mereka tetap mau untuk mengerjakannya. Kemudian pada saat saya mendampingi anak-anak dalam proses pengerjaannya, saya melihat bahwa mereka sangat ingin agar mendapatkan hasil karya yang bagus. Mereka tidak enggan untuk bertanya dan meminta bantuan kepada orang lain agar hasil yang diperoleh optimal. Setiap anak menghasilkan hasil karya yang berbeda-beda seusai dengan kreatifitas individu. Meskipun bahan dan peralatan yang tersedia terbatas, mereka mampu memanfaatkannya semaksimal mungkin sehingga karya yang dihasilkan bagus-bagus. Dalam keterbatasan itu pun mereka dapat bekerja sama dengan saling memberi dan meminjamkan alat dan bahan antara satu sama lain, meskipun beberapa anak masih bersikap egois dan perlu diingatkan oleh orang lain agar mau berbagi. Dari sini saya dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya mereka memiliki potensi yang besar. Hanya saja dalam kondisi mereka saat ini, potensi tersebut tidak dapat digali lebih dalam lagi dan dikembangkan secara maksimal. Hak-hak pendidikan mereka kurang dapat terpenuhi karena kurangnya fasilitas, dukungan, dana, dan lain-lain. Selain itu, hidup dalam lingkungan dan masyarakat yang sedemikian rupa juga berdampak pada berkurangnya hak-hak mereka yang dapat terpenuhi. Hal-hal tersebutlah yang kemudian dapat menghambat perkembangan diri mereka. Apabila mereka diberi kesempatan yang lebih baik, saya yakin mereka akan berkembang menjadi anak-anak yang dapat bermanfaat bagi masyarakat dan membanggakan bangsa dan negara.
By Andreas


Hari ini adalah pertama kalinya saya datang ke Sanggar Akar. Pertama- tama saya sangat nervous dan juga penasaran tentang anak- anak dan juga keadaan lingkungannya. Namun diluar dugaan mereka semua sangat baik dan sangat aktif. Saya mendapat kesempatan untuk pergi ke Halim.
Sebenarnya saya sejak kecil sering sekali melewati kawasan tersebut, namun belum pernah masuk hingga ke pemukiman warga. Sebelumnya saya berfikir bahwa kawasan yang akan dikunjungi akan dipenuhi sampah. Walaupun becek namun keadaan disana bersih dan warga juga sangat mendukung acara kami ini. Setiap kami melewati satu rumah ke rumah lain, kami selalu disapa maupun menyapa. Saya juga melihat bahwa mereka begitu senangnya untuk membuat barang- barang yang sesungguhnya berasal dari barang bekas. Walau untuk pertama- tama malu, lama kelamaan mereka mulai mendekati kakak dari kasa dan jangkar untuk bertanya.
Kegiatan ini sungguh membangkitkan rasa peduli saya dengan anak- anak disekitar yang membutuhkan kami untuk membantu mereka lebih kreatif sekaligus menjadi teman yang baik.
By Nadia

Efek obat antibiotik

Efek antibiotik
Saya masih mempunyai anak-anak kecil yang masih sering sakit dan dokter suka banget memberikan antibiotik pada anak saya. Karena saya orang awan saya percaya begitu saja. Namun info ini hendaknya menjadi perhatian orangt tua bahwa ada Efek Samping Mengejutkan dari Antibiotik Merry Wahyuningsih - detikHealth[Image]
(Foto: thinkstock) Jakarta, Antibiotik telah banyak digunakan untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Tapi ada beberapa efek samping antibiotik yang mengejutkan dan belum banyak diketahui orang. Apa saja?

Antibiotik merupakan senyawa atau kelompok obat yang dapat mencegah perkembangbiakan berbagai bakteri dan mikroorganisme berbahaya dalam tubuh. Selain itu, antibiotik juga digunakan untuk menyembuhkan penyakit menular yang disebabkan oleh protozoa dan jamur.

Tapi belum banyak orang yang tahu bahwa antibiotik juga dapat menyebabkan efek samping yang cukup membahayakan. Dilansir dari Ehow, Jumat (17/9/2010), berikut beberapa efek samping antibiotik:

1. Gangguan pencernaan
Salah satu efek samping antibiotik yang paling umum adalah masalah pencernaan, seperti diare, mual, kram, kembung dan nyeri.

2. Gangguan fungsi jantung dan tubuh lainnya
Beberapa orang yang mengonsumsi antibiotik mengalami jantung berdebar-debar, detak jantung abnormal, sakit kepala parah, masalah hati seperti penyakit kuning, masalah ginjal seperti air kecing berwarna gelap dan batu ginjal dan masalah saraf seperti kesemutan di tangan dan kaki.

3. Infeksi
Efek samping yang paling rentan dirasakan perempuan adalah infeksi jamur pada organ reproduksi yang dapat menyebabkan keputihan, gatal dan vagina mengeluarkan bau serta cairan.

4. Alergi
Orang yang mengonsumsi antibiotik juga sering mengalami alergi, bahkan hingga bertahun-tahun. Alergi yang sering terjadi adalah gatal-gatal dan pembengkakan di mulut atau tenggorokan.

5. Resistensi (kebal)
Orang yang keseringan minum antibiotik bisa mengalami resistensi atau tidak mempan lagi dengan antibiotik. Ketika seseorang resisten terhadap antibiotik, ada beberapa penyakit dan infeksi yang tidak dapat lagi diobati, sehingga memerlukan antibiotik dengan dosis lebih tinggi. Semakin tinggi dosis maka akan semakin menimbulkan efek samping yang serius dan mengancam jiwa.

6. Gangguan serius dan mengancam nyawa
Penggunaan antibiotik dosis tinggi dan dalam jangka lama dapat menimbulkan efek sampaing yang sangat serius, seperti disfungsi atau kerusakan hati, tremor (gerakan tubuh yang tidak terkontrol), penurunan sel darah putih, kerusakan otak, kerusakan ginjal, tendon pecah, koma, aritmia jantung (gangguan irama jantung) dan bahkan kematian. Sumber ; http://health.detik.com/read/2010/09/17/075559/1442128/763/efek-samping-mengejutkan-dari-antibiotik?993306755