Thursday, October 14, 2010

kepedulianku

Kegiatan kepedulian terhadap orang kecil, lemah dan tersingkirkan menjadi semangat kami untuk terus peduli dan melayani. Kegiatan ini hampir menjelang satu tahun. Secara rutin kami berinteraksi secara inten. Mulai sekarang kami akan berbagi melalui tulisan, agar makin banyak orang tergerak. Salamku


Minggu, 10 Oktober 2010

“ Kak, tolong potongin Saya gambar bintang in

Oleh Cyndu XII IPA3 / 12

Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Minggu 10 Oktober 2010, hari yang cukup berbeda karena kepercayaan tanggalan 10.10.10, bagi Saya memang berkesan walaupun sebenarnya semua hari adalah hari pemberian Tuhan yang istimewa. Tetapi terlepas dari kepercayaan, hari itu memang benar istimewa untuk Saya. Mengapa? Karena sekali lagi Saya diperbolehkan mendapat pengalaman yang baru melalui kunjungan penerapan ilmu dari pendidikan Kaderisasi telah Saya terima.

‘ Sanggar Anak Akar ’, ya, benar Sanggar Anak Akar. Ini memang merupakan kunjungan saya yang sudah keempat kalinya, tetapi Saya memiliki kepercayaan yang masih Saya pegang hingga sekarang, yaitu pengalaman baru. Itu benar, setiap kali Saya berkunjung selalu Saya mendapat pengalaman baru yang unik dan tidak terlupakan.

Berawal dari siang hari dengan cuaca yang tidak seperti biasanya, matahari bersinar dengan teriknya namun tetap hangat. Mulai dari perjalanan sebelum sampai di Sanggar Anak Akar saja, Saya sudah mendapat pengalaman baru, melihat ‘kernek’ bus yang tidak jujur dan menimbulkan pertengkaran di dalam bus, melalui ini Saya semakin diingatkan betapa manusia bisa menjadi seperti singa ketika dirinya dipermasalahkan dengan hal yang berhubungan dengan uang. Mungkin memang seorang ‘kernek’ itu yang tidak jujur dalam mengembalikan uang penumpang, atau bahkan itu adalah kesalahan seorang penumpang yang tidak mau sabar menunggu kembalian dan terlalu awal menutup diri untuk mendengarkan alasan yang diberikan seorang ‘kernek’ bus itu. Ah sudahlah, kejadian seperti itu sudah sering didengar, namun baru pertama kali Saya melihatnya secara live ( langsung di tempat kejadiannya ).

Itu baru awal, pembukaan dari hari Saya yang penuh pengalaman baru. Ketika melalui jembatan sungai menuju Sanggar Anak Akar, Saya dengar minggu lalu tepat itu banjir dengan ketinggian hingga menenggelamkan jembatan itu, tidak pernah Saya bayangkan sebelumnya bagaimana kondisi tempat itu minggu lalu, karena Saya belum pernah mengalami kebanjiran sebelumnya. Mulai dari perjalanan itu Saya berdoa dan berterima kasih kepada Tuhan karena selama ini Saya sudah dilindungi dan tidak mengalami bencana banjir seperti yang dialami teman – teman Saya di Sanggar Anak Akar.

Mulai sampai di Sanggar Anak Akar, kebetulan teman – teman sedang berlatih perkusi, Saya sungguh mengagungi talenta teman – teman Saya di bidang musik, karena mereka memiliki bakat yang dalam di bidang itu dan mereka memainkan musik dengan irama yang menurut Saya sungguh bagus. Setelah itu berangkatlah Saya bersama dengan teman – teman Saya menuju Penas untuk bermain dan belajar bersama dengan teman – teman kecil Saya di sana.

Di Penas

Sesampainya kami di Penas, anak – anak mulai berkumpul bersama, kebanyakan adalah anak – anak laki – laki. Setelah cukup ramai, maka langsung saja Saya memulai kegiatan pada siang hari itu. Kebanyakan dari anak – anak itu sudah mengenal Saya dan Saya-pun juga tidak asing dengan beberapa wajah karena ini adalah kunjungan Saya yang keempat kalinya. Mereka masih nakal tetapi sudah jauh lebih baik dari setiap kunjungan yang pernah Saya alami sebelumnya.

Setelah berbincang – bincang sejenak dan menertibkan anak – anak, langsung saja kami memulai kegiatan kami pada hari itu. Kegiatan pada hari itu adalah membuat vas bunga untuk anak laki – laki dan untuk anak perempuan membuat bunga dari anyaman pita Jepang. Kami memutuskan untuk membagi tugas mendampingi anak – anak hanya memberitahu cara – caranya saja dan mereka yang mengerjakan.

Beberapa saat kemudian, Nampak dari wajah anak – anak yang bingung bagaimana cara menghias dan membuat karya mereka supaya menjadi bagus, karena sesudah mereka berkarya, kami menjanjikan hadiah menarik bagi yang membuat vas atau bungan terbaik. Mereka benar – benar berusaha untuk membuat yang terbaik, semua itu Nampak dari kesungguhan wajah mereka, hal ini jauh berbeda dari kunjungan Saya yang pertama kali, di mana mereka sulit untuk diatur, tidak mau bekerjasama, dan tidak antusias mengikuti kegiatan walaupun pada waktu itu juga diterapkan system hadiah bagi anak yang membuat karya terbaik. Ketika mereka menghias vas bunga dan membuat anyaman bunga, mereka mulai banyak menyuruh kami membantu mereka, awalnya kami tidak mau karena mereka hanya mau cepat jadi dan menyuruh kami membuat materialnya dan mereka hanya tinggal menempel hiasan – hiasan itu, tetapi kami ingin mengajari mereka bagaimana cara agar bisa kami bantu. Pertama – tama kami hanya memancing dengan kata – kata “ Kalau mau dipotongi hiasannya bagaimana cara berbicaranya ? ”, mereka seringkali menjawab “ Potongin dong! ”, “Kak, cepat potongi ! ”, “Oi Kak, aku gak bisa potong nih, susah, potongin dong ! ”, mereka berbicara seperti itu Saya sudah mengerti maksudnya, tetapi mengapa tidak disertai kata “ tolong ”, akhirnya Saya memancing mereka dengan berpura – pura mencueki mereka dan beberapa saat kemudia muncul kalimat “ Kak, tolong potongin Saya gambar bintang ini dong ”, dari kalimat tersebut maka Saya segera membantu anak itu, anak itu bernama Rama dan ketika Saya membantu, teman – teman lain yang mendengar itu segera meminta dengan kata “ tolong ”, Saya sungguh puas karena merasa berhasil membuat teman – teman kecil Saya di Penas memahami seberapa pentingnya dan bagaimana cara meminta bantuan dengan baik.

Setelah kegiatan, kami bersama – sama berkumpul dan Pak Alex memilih sang juaranya, karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat sore, maka segera kami kembali ke rumah kami masing – masing.

Menghargai orang asing

By FELI

Berdasarkan kunjungan kemarin,secara pribadi saya belajar mengenai beberapa hal. Dari anak-anak yang berada di sanggar anak akar saya belajar untuk kembali menaikkan kembali semangat saya untuk belajar dan berkarya. Selama ini saya banyak mengeluh dan menganggap hidup saya sangat berat. Sehingga terkadang saya tidak melakukan tugas2 saya dengan maksimal. Tetapi melalui kunjungan saya kemarin ke sanggar, saya disadarkan bahwa hidup saya bukanlah yang terberat. Saya harus terus berusaha dan berjuang demi masa depan saya nanti. Maka itu saya mau lagi memperbaharui semangat saya untuk belajar demi mendapatkan masa depan yang cerah dan untuk meraih cita-cita dan impian yang saya miliki. Dari anak-anak di penas saya belajar untuk menghargai setiap orang yang hadir di hidup saya. Orang asing sekalipun. Mereka sangat menghargai kedatangan kami ke tempat mereka dan dengan antusias mengikuti kegiatan yang kami buat. Mereka juga mau mengeluarkan potensi mereka dan kesenangan mereka dengan optimal (khususnya para anak perempuan) sedangkan apabila kami berada di sekolah, terkadang saya pribadi sering mengabaikan dan menganggap remeh kegiatan yang dilakukan. Maka dari itu lewat kunjungan yang kami lakukan kemarin saya menyadari bahwa selama ini saya tidak melaksanakan tugas dan peranan saya sebagai pelajar dengan baik. Saya akan terus berusaha untuk melaksanakan peranan saya sebagai pelajar dengan lebih baik dan mengkontribusikannya kepada masyarakat dan lingkungan sekitar saya.


Pantang menyerah
By
Laurensius Sitanggang

Pada hari Minggu,10 Oktober 2010 kemarin, saya dan teman-teman beserta Pak Alex pergi ke sanggar anak akar untuk mengajarkan anak-anak di sana membuat bunga dari pita plastik dan pot bunga dari botol minuman kemasan bekas. Kami membagi anak-anak tersebut berdasarkan laki-laki dan perempuan, anak laki-laki membuat pot bunga dan anak perempuan membuat bunganya. Di sana saya mengajarkan seorang anak laki-laki bernama Samuel.

Samuel sangat serius dan antusias membuat pot bunga, terutama saat menghiasnya dengan kertas warna dan pita. Samuel sangat terbuka karena selalu berani untuk bertanya kepada saya jika ia kurang paham dan meminta bantuan jika ia kesulitan dalam suatu hal. Siakp terbuka itu membuat saya kagum karena dengan begitu ia bisa semakin paham dan bisa melakukannya. Ia juga tidak malu ketika sedang meminta bantuan. Karena saat meminta bantuan, temannya meledek Samuel karena belum bisa melakukannya sendiri. Tetapi saya yakin dan percaya jika ia terus berusaha dan berlatih pasti ia akan bisa melakukannya dengan baik.

Lalu Samuel juga pantang menyerah, karena saat semua anak laki-laki selesai membuat pot bunga, kami memberikan hadiah berupa handuk bagi siapa yang membuat pot bunga paling bagus. Samuel terus berusaha membujuk Pak Alex, yang menjadi juri, dengan tujuan agar ia menjadi pemenang dengan cara menunjukkan hasil karyanya. Ia terus berlomba dengan teman-temannya yang lain untuk mendapatkan hadiah tersebut. Walaupun akhirnya Samuel tidak menang, ia tetap bangga terhadap hasil kerjanya. Sikap terbuka dan pantang menyerah Samuel membuat saya kagum, dan saya merasa perlu untuk mengembangkan sikap-sikap itu di dalam diri saya.

Si Upin yang Mandiri

By. Adriel

Ini ada kali kedua saya mengunjungi sanggar akar, berbeda dengan kunjungan sebelumnya saat ini saya pergi dengan beberapa teman yang berbeda. Namun itu membuat saya semakin antusias pergi kesana. Mula-mula saya berniat untuk mengunjungi teman-teman yang ada di kampung melayu. Tetapi mendapat kabar kalau disana sedang di landa banjir maka kami memutuskan pergi ke rumah panggung. Disana setelah berkenalan dengan adik-adik yang sebagian sudah saya kenal, kami mulai melakukan aktifitas yang telah dipersiapkan sebelumnya yaitu membuat pot bunga dan hiasan bunga. Dengan menggunakan botol kaleng bekas, semua anak antusias untuk membuat pot mereka menjadi yang terbaik. Ada yang menempeli dengan nama mereka, ada pula dengan nama tokoh idola mereka seperti Upin dan Ipin. Saya sangat senang melihat antusiasme mereka, belum lagi ada satu hal yang mengejutkan saya yaitu ketika ada Kadal besar yang di tangkap oleh salah seorang teman kecil saya. Jujur saya sangat geli dengan hewan sejenis kadal, maka saya lari menjauh namun ia tetap asyik memainkan kadal itu walau akhirnya di lempar. hehehe sangat seru sekali! Puncaknya adalah ketika Pak Alex mau memnentukan siapa yang pot nya paling bagus, disana terliat anak laki-laki saling bergumul menunjukan karyanya, semuanya bagus sehingga Pak Alex cukup sulit menentukan. Akhirnya setelah di lihat dari nilai kerja keras dan kemadirian di dapat seoarng pemenang. Yang saya ingat dia adalah si "Upin", karena saya ikut membantu dia menggunting nama tersebut. hehehe..

terimakasih Kak untuk pengalaman yang selalu berharga di setiap kali saya berkunjung kesana. Semoga dapat berjumpa di pertemuan berikutnya. Keep moving forward yah ! salam buat anak-anak sanggar anak akar.