Thursday, June 17, 2010

Siswa SMA santa Ursula BSD peka terhadap orang miskin

Siswa SMA dan Anak Penas

Selama delapan bulan beberapa siswa SMA secara reguler setiap minggu pergi ke Penas kalimalang bekerjasama dengan sekolah tanpa batas Sanggar Akar Anak. Peran mereka terutama adalah meningkatkan kepekaan, kepedulian, dan berbagi pada anak-anak yang tidak seberutung mereka. Harapan kedepan adalah mereka (siswa) memiliki keberpihakan pada orang kecil, miskin dan terkucilkan. Simak hasil refleksi mereka.

Kumpulan Refleksi

KASA ( Kader Sanur )


Jesica Tifany


sanggar anak akar seru!

Pesan : anak-anaknya harus diajak lebih terlibat lagi :)

Kritik/saran : program ini sudah bagus, hanya saja seringkali anak baru dikasih kabar hari Sabtunya jika akan pergi di hari minggu, jadi banyak kurang persiapan

LYVIA


Waktu itu ke sana waktu lagi ada bazaar. Bazaar itu udah mulai dari pagi, tapi kami telat taunya, jadi kami telat dateng, sekitar jam duabelas baru sampai. Tapi bazaarnya masih berlangsung. Disana kami keliling sanggar, melihat ruangan-ruangan apa saja yang ada. Dikasih tau juga kalau di sanggar sudah ada sekolah sendiri dan masing-masing sudah ada penanggungjawabnya. Diceritain tiap hari pelajarannya seperti apa.
Lalu kami ikut dalam aktifitas di bazaar itu. Ada booth membuat topeng daur ulang yang dibuat dari kertas koran yang ditempel, lalu di cat dan dikeringkan. Juga mencoba mencetak kertas daur ulang.
Anak-anak di sanggar ramah. Mereka mau main bareng, ngobrol, dan nggak malu-malu. Kami mengobrol dengan beberapa anak disana.
Kebetulan hari itu juga ada kelompok sepeda dari alumni cannisius. Mereka membuat acara makan bersama di sanggar. Selesai makan, ada acara sharing.

Acara ke sanggar sangat menarik. Melihat bahwa anak-anak sanggar juga semangat. Kita bisa bertukar pikiran, pengalaman, dan ide ; sama-sama saling belajar.

Della Nadya

Di sana main beberapa games yg menguji kerjasama kelompok dan konsentrasi.
Trus, buat tempat pensil dari lintingan kertas walaupun belum selesai.
Selain itu jg pernah buat lampu hias sederhana.

Kesan : anak – anak sanggar akar sangat inspiratif. Tiap kali ke sanggar, Saya selalu bisa belajar lagi, terutama belajar untuk lebih menghargai apa yg Saya miliki.

Saran : kadang - kadang boleh juga kalo kita dengerin request dari anak2 sanggar akar tentang apa yang lagi jadi interest mereka buat dipelajari. Supaya, tidak semua ide dari kita2 aja, tetapi mereka juga bisa berkreasi.

Dio Dwianto


Selama periode tahun ajaran kali ini, saya telah dua kali pergi ke sanggar anak akar. Disana saya bertemu dan berinteraksi dengan masyarakat golongan bawah, dimana kehidupan disana lebih keras dan susah daripada kehidupan saya sehari-hari. Saya berbincang-bincang dengan masyarakat disana terutama anak-anak kecil. Program yang diberikan oleh pihak sekolah sendiri mengharuskan kami yang berangkat untuk menyiapkan permainan kecil-kecilan dan juga prakarya yang mudah namun berguna untuk diajarkan kepada anak-anak kecil disana. Anak-anak yang terlibat dalam kegiatan itu rata-rata berusia dibawah 10 tahun. Terkadang, ada beberapa anak remaja yang ikut, dan kadang pula beberapa orang tua dari anak-anak kecil itu ikut melihat kegiatan yang kami lakukan. Pada dasarnya, tujuan kami pergi kesana adalah untuk melatih kepekaan, belajar berinteraksi dengan berbagai golongan masyarakat, dan juga berbagi sedikit informasi dan kesenangan dengan mereka. Kami yang berangkat harus benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya agar anak-anak kecil disana tidak merasa bosan dengan kegiatan yang kami berikan, terlebih agar mereka juga mendapatkan hal yang berguna dari setiap kunjungan kami kesana. Menilik dari latar belakang kehidupan mereka, tak dapat dipungkiri pula terdapat nilai-nilai hidup yang berbeda dengan yang biasa saya pelajari. Maka, butuh kesabaran untuk “menertibkan” anak-anak agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Setiap kali kami datang kesana, saya mendapatkan kesan bahwa orang-orangtua disana cukup kooperatif dengan mendorong anak-anak mereka untuk ikut dalam kegiatan kami. Mereka juga ramah dan menerima kedatangan kami dengan tangan terbuka. Untuk anak-anak remaja, mereka agak kurang tertarik dengan kegiatan yang kami berikan, terutama remaja laki-laki. Mungkin dikarenakan kegiatan yang kami lakukan memang lebih ditujukan untuk menarik perhatian anak-anak kecil. Untuk remaja perempuan, kegiatan kami masih cukup menarik karena ada prakarya yang kami ajarkan setiap datang kesana dan tentu saja anak-anak perempuan lebih tertarik dengan hal-hal seperti itu. Meski terkadang anak-anak disana terlihat kurang antusias dengan program yang kami berikan, tetapi secara keseluruhan saya rasa mereka cukup senang dapat berinteraksi dengan kami, karena pada dasarnya anak-anak kecil lebih mudah berteman dan mereka senang memiliki teman-teman baru, yaitu kami. Usia kami yang cukup terpaut jauh juga tidak terlalu dipermasalahkan oleh mereka. Memang, pada awalnya agak sulit untuk membuat mereka mau membuka diri dengan saya. Ada rasa segan yang membuat mereka agak menjaga jarak, namun melihat hal itu saya berusaha untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu, dan lama-kelamaan mereka mulai berani untuk berbicara juga. Satu hal yang berkesan bagi saya adalah ketika ada seorang anak yang mengatakan kepada saya, agar terus datang kesana pada minggu-minggu berikutnya. Itu membuat saya terharu, dan menyadari bahwa ternyata ada yang menganggap kehadiran saya yang “cuma begitu saja” dihargai dan dapat meninggalkan kesan bagi anak itu. Terus terang saya juga mendapat hal-hal baru dari perjalanan kesana, terlebih dalam melatih kemampuan berkomunikasi saya. Satu hal yang saya cermati adalah belum berhasilnya saya untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak usia remaja. Mungkin selanjutnya dapat ditemukan kegiatan bersama yang juga dapat dinikmati oleh anak-anak besar.


Kezia Saraswati


Selama di Sanggar Anak Akar, saya disana mengajarkan anak-anak untuk membuat produk-produk keterampilan daur ulang dari bahan yang kita umum jumpai sehari-hari, seperti kain perca atau kertas koran. Disana saya juga bermain dengan anak-anak kecil dan melakukan sosialisasi dengan warga sekitar. Saya berbincang dengan anak-anak yang menghadiri sanggar, dan dari sana pengetahuan saya pun bertambah. Pada perjalanan menuju sanggar, saya juga menjadi melihat pemukiman warga kelas menengah ke bawah, dan alam di sekitar mereka. Hal ini menjadi perbincangan antara para anggota KASA dan Pembina yang menyertai kami.

Saya merasa terkesan dengan cara hidup warga-warga disana. Mereka memang kekurangan, namun mereka tetap menjalani hiidup mereka dengan senyum. Saya juga merasa terkesan dengan anak-anak yang belajar di sanggar, mereka memiliki semangat untuk belajar yang tinggi sekali meskipun dengan sarana yang terbatas, sehingga saya merasa bersalah telah menyia-nyiakan semua fasilitas yang saya miliki.

Satu hal yang masih saya rasa kurang adalah jadwal berkunjung ke Sanggar dari kita sendiri, karena sering tiba-tiba ada kekosongan jadwal sehingga membuat bingung para anggota. Sarannya adalah perbanyak gunakan kertas daur ulang yang dapat dijangkau masyarakat kecil juga, sehingga mereka dapat mempraktekkan pengetahuan-pengetahuan daur ulang tersebut sendiri. Terimakasih J

Refleksi dan Evaluasi Kegiatan Kaderisasi

Ariadne Dyah Paramitha

Kegiatan yang dilakukan di sana adalah :

Saat pertama kali ke sana ada acara bazaar, jadi kami melihat-lihat serta diajak berkeliling melihat tempat – tempat serta ruangan-ruangan di mana mereka melakukan banyak kegiatan seperti belajar dan melakukan keterampilan lain. Setelah itu kami ikut berkumpul dan mendengar cerita-cerita dari anak-anak Sanggar Akar tersebut.

Kali kedua kami langsung ke Penas. Di sana kami mengajarkan cara membuat boneka dari kaos kaki. Melakukan beberapa permainan di lapangan, bernyanyi bersama, serta bercerita. Anak-anak yang hadir saat itu menurut saya cukup antusias. Mereka mau mendengarkan dan melakukan kegiatan-kegiatan yang kita buat dengan baik.

Kesan :

Yang pertama kali saya rasakan senang karena dapat berbagi dengan anak-anak dari Sanggar Akar. Saya merasa walaupun kegiatan yang kami telah lakukan bukan kegiatan yang luar biasa namun ternyata dampaknya cukup besar bagi mereka. Saya berharap kegiatan ini dapat membawa dampak positif bagi diri saya pribadi dan anak – anak di sana.

Saran dan Pesan untuk Program Kita:

Selain kita mengajarkan cara membuat suatu keterampilan, kita juga bisa mengajarkan pelajaran sekolah yang mendasar, seperti matematika dasar, dan lain-lain. Selain dapat membantu mereka dan apa yang mereka dapat juga semakin banyak , kita juga dapat berinteraksi dengan mereka lebih lama.

Agnes


Refleksi Sanggar Anak Akar

Setelah satu kali saya menjadi semakin terbuka wawasannya tentang kemiskinan. Melalui kegiatan dan program ini, saya jadi bisa melihat kemiskinan secara nyata dan bukan hanya melihat teori ataupun berita dari media massa. Karena itu saya berpikir bahwa kegiatan atau program ke sanggar anak akar ini bagus sekali. Perlu untuk dipertahankan dan dilanjutkan. Sebab secara pribadi, melalui program ini saya tidak hanya belajar tentang realita kemiskinan tetapi juga belajar bagaimana caranya berinteraksi dengan masyarakat kaum menengah ke bawah dan juga interaksi kepada anak-anak. Selain itu saya juga belajar untuk semakin mandiri dan tidak tergantung dengan kendaraan pribadi karena untuk bisa ke sanggar anak akar kita harus menaiki kendaraan umum.

Saya baru satu kali pergi ke sanggar anak akar. Oleh karena itu belum banyak yang bisa saya lakukan disana. Yang pernah saya lakukan disana adalah mengajari anak-anak yang ada disana untuk membuat ikat rambut dan bros dari kain perca.

Sarannya untuk kegiatan yang akan kita lakukan di sanggar anak akar, jangan melibatkan benda-benda tajam seperti gunting dan jarum. Karena melalui pengalaman mengajarkan anak-anak membuat bros dan ikat rambut tersebut kami menggunakan gunting dan jarum yang cukup berbahaya apabila digunakan oleh anak-anak.

Laurensius Sitanggang ( Olan )


Selama kurang lebih setengah tahun ini, saya sudah pergi ke Sanggar Anak Akar sebanyak 2 kali. Pada waktu pergi untuk pertama kalinya, saya dan teman-teman yang lain membuat bingkai foto dari kardus bekas dan koran bekas serta gantungan kunci dari kain flanel bekas. Pada waktu itu anak laki-laki membuat bingkai foto, sementara anak perempuan membuat gantungan kunci.

Lalu pada waktu saya pergi untuk kedua kalinya, saya dan teman-teman yang lain tidak mengajarkan mereka membuat sesuatu seperti pada waktu pertama kali pergi, melainkan mengajak mereka bermain bersama. Permainannya antara lain adalah menebak nama teman, permainan melanjutkan kata, dan permainan ular naga panjang.

Selama 2 kali pergi tersebut, anak-anak Sanggar Anak Akar sangat antusias menunggu kedatangan kami. Mereka semangat sekali untuk membuat prakarya yang akan kami ajarkan pda mereka.

Kesan saya setelah pergi ke sana adalah ternyata mereka semangat sekali untuk mempelajari sesuatu yang baru. Mereka juga tidak malu-malu untuk berinteraksi dengan saya dan teman-teman yang lain. Saya terkesan dan senang dengan sikap mereka.

Untuk setengah tahun ke depan, harapan saya adalah semoga rasa antusias mereka tidak berkurang, dan semakin meningkat. Terima kasih.

Cyndu


Selama setengah tahun setelah Saya mendapat pendidikan kaderisasi ini, Saya sudah 4x berkunjung untuk berkunjung ke Sanggar Akar. Sejauh ini Saya memandang kunjungan ini bukan sebagai suatu yang hanya sebagai kewajiban atau mengisi waktu luang saja, tetapi Saya memandang tentang kunjungan ini adalah bagaiman Saya berdialog dengan diri Saya sendiri mengenai hubungan antara pendidikan kaderisasi yang diberikan dengan kunjungan ke Sanggar Akar ini. Sejauh ini Saya menjalani kunjungan ini dengan senang hati, karena kunjungan ini adalah media untuk Saya menerapkan pendidikan yang telah Saya terima selama 3 hari di Kaderisasi.

Saya tidak diminta untuk merubah nasib mereka, Saya tidak diminta untuk menyelamatkan mereka dari kemiskinan dan bahkan Saya tidak diminta untuk menyumbang bagi mereka yang kekurangan tersebut, tetapi melalui kunjungan – kunjungan yang telah Saya lakukan ini membuat Saya tidak akan pernah lupa seumur hidup Saya tentang mereka. Karena mereka menanamkan kesan di hati Saya yang mendalam, dan kelas jika suatu saat nanti Saya sudah menjadi seorang pemimpin yang sesungguhnya, maka Saya sudah mengetahui apa yang harus Saya perbuat di antara orang – orang yang berkekurangan.

Kesan

· Kesan untuk anak – anak kecil : Mereka memang sedikit susah diatur, Saya sadari dan maklumi itu karena pendidikan mereka yang kurang, terkadang mereka suka meminta barang yang kami bawa. Memang terkadang juga mereka sulit diatur, tetapi melihat mereka ketika bermain dan belajar bersama merupakan kesan terdalam bagi Saya.

· Kesan untuk para remaja : Para remaja di sana memang cenderung sedikit menutup diri, tetapi setelah Saya sapa, kami cepat akrab karena mereka semua ramah. Ketika mereka memainkan alat musik adalah kesan terdalam bagi Saya, sangat senang sekali Saya dapat melihat mereka sekreatif dan seterampil itu.

· Kesan untuk para orang tua : Mereka semua sangat ramah, ketika dalam perjalanan menuju tempat untuk mengajar, Saya berpapasan dengan banyak orang – orang tua lanjut usia, ketika meleati mereka dan Saya sapa, mereka membalas sapaan dengan sangat ramah.

Anna Felicia Riawan (Feli)

Selama hampir satu tahun ini saya mengunjungi sanggar anak akar dan penas sebanyak 2 kali. disana saya mengajak anak2 bermain dan juga membuat keterampilan. meskipun pertama-tama ada sedikit situasi yang cukup canggung di antara anak-anak KASA yang datang dan anak-anak yang hadir tetapi perlahan-lahan situasi menjadi lebih baik. kesan saya pertama kali pada saat saya datang ke sana adalah, saya sangat beruntung, bisa hidup di daerah yang nyaman, bersih, sehat dan juga bisa hidup dengan sejahtera dengan segala fasilitas yang ada di sekitar saya. kemudian perasaan kagum tumbuh dari hati saya karena anak-anak itu bisa hidup dengan gembira dan bersemangat meskipun dalam kondisi yang memprihatinkan seperti itu.

Saran saya untuk program kita ke depan adalah mungkin lebih ke pelaksanaan teknisnya. Setiap anggota yang maw berangkat diharapkan sudah mempersiapkan diri dari jauh2 hari misalnya awal minggu dan juga berkoordinasi dengan kelompok sebelumnya sehingga apabila ada yg perlu disampaikan pada anak-anak untuk kegiatan di minggu esoknya, dapat disampaikan oleh kelompok yang berangkat pada saat itu.

Sekiranya itu refleksi dari saya atas kegiatan ini.

LANJUTKAN!

Pristella

Saya sudah mengunjungi Sanggar Anak Akar sebanyak dua kali, kegiatan yang saya lakukan adalah mengajari anak-anak sanggar membuat ikatan rambut atau bros menggunakan kain sisa pada kunjungan yang pertama dan membantu menjelaskan kepada mereka cara membuat kompos menggunakan sampah-sampah organik pada kunjungan yang kedua.

Awalnya saya merasa bahwa kunjungan sosial seperti itu biasa saja, tetapi setelah saya mengalaminya sendiri, paradigma saya tentang kunjungan sosial yang biasa saja itu berubah. Kunjungan saya ke Sanggar Akar menjadi bermakna, saya melihat sendiri bahwa mereka yang kurang beruntung memiliki semangat dan daya juang yang tinggi, memiliki minat, berperan secara aktif, dan mau untuk memberikan diri sepenuhnya kepada setiap kegiatan yang diadakan. Hal ini membuat saya berefleksi terhadap diri saya sendiri yang terkadang cenderung menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk belajar dan memberikan diri sepenuhnya terhadap apa yang sedang saya lakukan atau terhadap apa yang orang lain berikan kepada saya.

Melihat banyak sisi positif yang dapat dipelajari dari kunjungan sosial ke Sanggar Akar menurut saya kegiatan ini harus terus dilanjutkan dan dikembangkan lebih lagi. Kegiatan yang dilakukan tentunya juga bukan hanya untuk bersenang-senang saja bersama mereka tetapi benar-benar diarahkan untuk membantu masa depan mereka kelak. Mungkin kita bisa bertanya kepada mereka minat dan bakat mereka berada di bidang apa dan setelah kita mengetahuinya, kita dapat mencari salah satu anggota kader yang memiliki kemampuan lebih di bidang tersebut lalu membantu mengembangkan bakat yang mereka, tujuannya agar setiap anak benar-benar merasakan manfaat dari adanya kunjungan sosial yang kita lakukan. Contohnya, anak A memiliki bakat di bidang musik dan ternyata salah satu anggota kader ada yang memiliki kemampuan lebih di bidang yang sama. Anak kader ini dapat membantu anak A dalam mempelajari lebih dalam mengenai musik dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya di bidang tersebut, melihat kita memiliki lebih banyak akses untuk mencari informasi melalui internet dan media massa lainnya menurut saya kita pasti dapat membantu mereka. Selain memperluas pengetahuan anak-anak Sanggar, kegiatan minat dan bakat ini juga membuat bakat anak-anak kader lebih berkembang karena bila kita mengajarkan orang lain kita pun belajar untuk diri kita sendiri. Ketika kita mencari informasi baru untuk mereka, kita pun menambah informasi yang kita miliki.


Jimmy Lim

Bagi saya sanggar anak akar adalah sebuah tempat dimana saya belajar banyak hal. Yang paling utama bagi saya adalah belajar bersosialisasi. Melalui sanggar anak akar, saya berusaha untuk bisa terjun ke dunia sosial yang lebih luas. Saya tidak hanya belajar secara akademis di sekolah, atau bersosialisasi hanya dengan teman-teman yang bisa dikatakan kaum-kaum berada. Disini saya belajar untuk membuka mata dan mengenal lebih banyak lagi orang-orang di luar sana. Mulai dari wataknya, hingga gaya hidup banyak orang di Indonesia yang sangat kontras, yang membuat saya lebih berpandangan global.

Saya pernah bertemu dengan seorang anggota DPRD. Saya juga sempat berbincang-bincang dengannya. Yang saya temukan adalah kesombongan, ketidak-ramahan, juga kemewahan. Memang, saya senang waktu itu disuguhi berbagai macam kue-kue yang terlihat mahal. Tapi gayanya itu, minta ampun sombongnya. Sangat kontras sifatnya dengan penduduk di daerah Penas, salah satu tempat yang saya datangi sebagai program dari Sanggar Anak Akar.
Kesan:
Penduduk sekitar sangat ramah. Kami yang berlalu-lalang selalu diiringi dengan senyuman yang tulus dari kebanyakan warganya. Anak-anaknya juga sangat rajin dan antusias. Membuat saya juga bersemangat untuk mengajarkan hal-hal baru kepada mereka. Pernah sesekali anak-anak laki-laki bertengkar memperebutkan bahan. Ada juga yang tidak mau membagi bahan kepada temannya. Saya memandang itu bukan dari kenakalannya, tetapi bagi saya, tindakan anak itu sangat menyadarkan saya dan memotivasi saya. Selama ini saya bekerja selalu ingin ditemani orang lain dan selalu bergantung pada orang lain. Melihat anak itu, saya sadar bahwa ada saatnya saya harus berani bekerja sendiri dan tidak melibatkan orang lain untuk turut campur dalam pekerjaan itu.

Pesan & Saran:
Untuk sanggar anak akar, saya sangat mengharapkan agar kegiatan yang kami lakukan bisa diberikan variasi. Tidak hanya mengajar membuat bahan-bahan daur ulang mungkin, tetapi juga me-review pelajaran-pelajaran sekolah.

Kanti S. Pernama

3 kali saya ke Sanggar, yang pertama kami melakukan tahap perkenalan dan adaptasi. Dan penilaian pertama yang saya dapatkan adalah mereka sangat ramah. Mereka berbeda dari apa yang sebelumnya saya bayangkan. Lalu yang kedua kalinya kami datang saat sanggar mengadakan acara bazaar. Kami ikut berpartisipasi dan bersosialisasi dengan mereka. Saya menemukan bahwa mereka sangat kreatif dan mampu menggunakan semua pengetahuan yang mereka dapat menjadi sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain. Untuk yang ketiga kalinya, kami pergi ke PENAS, dan mengajarkan bagaimana membuat boneka dari kaos kaki bekas. Mereka sangat antusias untuk belajar dari kami, dan mereka menghasilkan boneka yang unik-unik, hasil daya imajinasi mereka.

Kesan saya setelah melakukan aktifitas ke sanggar adalah mereka, orang-orang yang kekurangan, justru lebih giat dan lebih bersemangat untuk meraih mimpi mereka. Anak-anak itu tidak takut untuk bermimpi, karena mereka memiliki niat untuk mencapai apa yang mereka mimpikan. Satu hal yang jarang dimiliki oleh orang-orang yang sudah berkecukupan. Saya rasa kita semua harus belajar dari mereka, karena banyak sekali pelajaran hidup yang tidak bisa kita dapatkan dari sekolah.

Program ini baik, dan mampu membuka mata kita tentang kehidupan lain yang jauh dari kehidupan kita. Tapi pemilihan waktunya akan menjadi kurang efektif bagi kita anak-anak kelas 12. Karena kebanyakan dari kita, akan memiliki jadwal bimbel pada hari minggu, dari pagi sampai sore. Lalu, pembagian kelompok dan pemberitahuan jadwal berangkat kurang terorganisir, sehingga tidak ada persiapan dan agak membingungkan.

Lebih baik jika dibuat jadwal dan kelompok yang pasti, sehingga kedepannya akan lebih terorganisir. Lalu, beberapa hari sebelum jadwal keberangkatan, akan sangat membantu jika kelompok yang akan berangkat, diingatkan kembali.

Christa Levina D.


1. Kegiatan yang pernah dilakukan di sanggar anak akar?

Saya sudah pergi ke sanggar anak akar selama 2 kali. Kegiatan yang dilakukan pada saat pertama kali adalah berkenalan dengan anak-anak di penas tanggul, karena kebetulan dari semua anggota yang ada di kelompok saya baru pertama kali pergi kesana. Setelah itu saya dan semua anggota membagi mereka menjadi 4 kelompok dan membagikan beberapa stik eskrim untuk masing-masing kelompok. Kami mengajak anak-anak tersebut untuk membuat sesuatu dari stik eskrim tersebut. Kegiatan yang kami lakukan berlangsung sekitar kurang lebih 1 jam setengah. Setelah berpamitan, kami pun pulang. Pada kesempatan yang kedua saya pergi ke penas tanggul, kegiatan yang dilakukan pertama adalah bernyanyi bersama anak-anak tersebut. Setelah itu, saya dan teman-teman dari anggota kelompok mengajarkan anak-anak untuk membuat gelang atau kalung dari bahan yang mudah mereka dapatkan, yaitu tali rafia. Setelah kegiatan itu berakhir, kami pun berpamitan.

2. Kesan bagi saya

Menurut saya, kegiatan-kegiatan yang kami lakukan bersama anak-anak yang tinggal di lingkungan seperti penas tanggul memberikan banyak pengalaman. Dari kegiatan-kegiatan yang telah saya lakukan saya belajar untuk tetap berjuang keras meskipun keadaan sedang susah. Penduduk di penas tanggul merupakan penduduk yang tergolong dengan kehidupan ekonomi serba berkekurangan. Tetapi dengan keadaan mereka yang sedemikian rupa, mereka tetap berjuang untuk bisa bertahan hidup. Anak-anak yang berada di penas tanggul juga terlihat semangat dan senang dengan kedatangan kami. Mereka mau bekerja sama dan berusaha untuk mengikuti setiap kegiatan yang kami buat.

3. Saran dan kritik

Kegiatan yang dilakukan untuk di penas tanggul tetap diperhatikan tingkat kemudahannya, karena anak-anak disana kebanyakan masih terlalu kecil.


Noviana


Saya sudah melakukan kunjungan ke sanggar anak akar sebanyak 2 kali. Kunjungan pertama dilakukan bersama dengan kelompok saya yang juga didampingi oleh Pak Alex. Kegiatan kami adalah membuat tempat pensil dari kardus. Saat kami datang, anak-anak di sana masih belum terlalu aktif, jadi kami berusaha untuk mengajak mereka untuk ikut melakukan kegiatan dengan kami. Sebelum memulai membuat tempat pensil, kami mengajak anak-anak di sana bermain terlebih dahulu. Adanya permainan cukup menarik partisipasi dari beberapa anak. Saya merasa cukup senang saat melakukan kunjungan pertama ini, walaupun keadaan di sana sedikit di luar perkiraan saya. Mereka tinggal di pemukiman yang terbatas. Walaupun begitu, beberapa di antara anak-anak itu sudah bersekolah.

Kunjungan kedua saya lakukan bersama dengan beberapa anggota KASA secara acak, yang didampingi oleh Ibu Purwi. Kegiatan kami saat itu adalah membuat bintang-bintangan dari kertas. Walaupun kami tidak memulai kegiatan hari itu dengan permainan, anak-anak di sana pada saat kunjungan saya yang kedua ini sangat antusias. Mereka lebih aktif dan suasana kegiatan pun jadi lebih menyenangkan daripada kunjungan saya yang pertama. Dari bintang-bintangan itu, kami membantu mereka membuat berbagai barang, seperti kalung dan gelang. Anak-anak diberikan kertas yang sudah dipotong-potong, kemudian diajarkan cara membuatnya. Suasananya lebih lepas dan kami bisa berinteraksi dengan anak-anak di sana dengan cukup baik. Kendalanya adalah saat itu sedang turun hujan, jadi air hujan itu merembes ke pondok tempat kami melakukan kegiatan. Tapi kegiatan tetap berlangsung dengan baik walaupun begitu.

Lady
Apa yg pernah dilakukan :
Mengunjungi sanggar anak akar sebanyak 1 kali. Melihat-lihat kondisi sanggar dan memberikan permainan serta kegiatan ketrampilan untuk anak-anak.
Kesan : Menyenangkan dan sangat menantang. Karena ini merupakan pengalaman baru bagi saya. Saya bisa belajar untuk sabar dalam mengajari ketrampilan kepada anak-anak. Serta mendengar berbagi cerita dan keluh kesah mereka.