Thursday, October 14, 2010

kepedulianku

Kegiatan kepedulian terhadap orang kecil, lemah dan tersingkirkan menjadi semangat kami untuk terus peduli dan melayani. Kegiatan ini hampir menjelang satu tahun. Secara rutin kami berinteraksi secara inten. Mulai sekarang kami akan berbagi melalui tulisan, agar makin banyak orang tergerak. Salamku


Minggu, 10 Oktober 2010

“ Kak, tolong potongin Saya gambar bintang in

Oleh Cyndu XII IPA3 / 12

Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Minggu 10 Oktober 2010, hari yang cukup berbeda karena kepercayaan tanggalan 10.10.10, bagi Saya memang berkesan walaupun sebenarnya semua hari adalah hari pemberian Tuhan yang istimewa. Tetapi terlepas dari kepercayaan, hari itu memang benar istimewa untuk Saya. Mengapa? Karena sekali lagi Saya diperbolehkan mendapat pengalaman yang baru melalui kunjungan penerapan ilmu dari pendidikan Kaderisasi telah Saya terima.

‘ Sanggar Anak Akar ’, ya, benar Sanggar Anak Akar. Ini memang merupakan kunjungan saya yang sudah keempat kalinya, tetapi Saya memiliki kepercayaan yang masih Saya pegang hingga sekarang, yaitu pengalaman baru. Itu benar, setiap kali Saya berkunjung selalu Saya mendapat pengalaman baru yang unik dan tidak terlupakan.

Berawal dari siang hari dengan cuaca yang tidak seperti biasanya, matahari bersinar dengan teriknya namun tetap hangat. Mulai dari perjalanan sebelum sampai di Sanggar Anak Akar saja, Saya sudah mendapat pengalaman baru, melihat ‘kernek’ bus yang tidak jujur dan menimbulkan pertengkaran di dalam bus, melalui ini Saya semakin diingatkan betapa manusia bisa menjadi seperti singa ketika dirinya dipermasalahkan dengan hal yang berhubungan dengan uang. Mungkin memang seorang ‘kernek’ itu yang tidak jujur dalam mengembalikan uang penumpang, atau bahkan itu adalah kesalahan seorang penumpang yang tidak mau sabar menunggu kembalian dan terlalu awal menutup diri untuk mendengarkan alasan yang diberikan seorang ‘kernek’ bus itu. Ah sudahlah, kejadian seperti itu sudah sering didengar, namun baru pertama kali Saya melihatnya secara live ( langsung di tempat kejadiannya ).

Itu baru awal, pembukaan dari hari Saya yang penuh pengalaman baru. Ketika melalui jembatan sungai menuju Sanggar Anak Akar, Saya dengar minggu lalu tepat itu banjir dengan ketinggian hingga menenggelamkan jembatan itu, tidak pernah Saya bayangkan sebelumnya bagaimana kondisi tempat itu minggu lalu, karena Saya belum pernah mengalami kebanjiran sebelumnya. Mulai dari perjalanan itu Saya berdoa dan berterima kasih kepada Tuhan karena selama ini Saya sudah dilindungi dan tidak mengalami bencana banjir seperti yang dialami teman – teman Saya di Sanggar Anak Akar.

Mulai sampai di Sanggar Anak Akar, kebetulan teman – teman sedang berlatih perkusi, Saya sungguh mengagungi talenta teman – teman Saya di bidang musik, karena mereka memiliki bakat yang dalam di bidang itu dan mereka memainkan musik dengan irama yang menurut Saya sungguh bagus. Setelah itu berangkatlah Saya bersama dengan teman – teman Saya menuju Penas untuk bermain dan belajar bersama dengan teman – teman kecil Saya di sana.

Di Penas

Sesampainya kami di Penas, anak – anak mulai berkumpul bersama, kebanyakan adalah anak – anak laki – laki. Setelah cukup ramai, maka langsung saja Saya memulai kegiatan pada siang hari itu. Kebanyakan dari anak – anak itu sudah mengenal Saya dan Saya-pun juga tidak asing dengan beberapa wajah karena ini adalah kunjungan Saya yang keempat kalinya. Mereka masih nakal tetapi sudah jauh lebih baik dari setiap kunjungan yang pernah Saya alami sebelumnya.

Setelah berbincang – bincang sejenak dan menertibkan anak – anak, langsung saja kami memulai kegiatan kami pada hari itu. Kegiatan pada hari itu adalah membuat vas bunga untuk anak laki – laki dan untuk anak perempuan membuat bunga dari anyaman pita Jepang. Kami memutuskan untuk membagi tugas mendampingi anak – anak hanya memberitahu cara – caranya saja dan mereka yang mengerjakan.

Beberapa saat kemudian, Nampak dari wajah anak – anak yang bingung bagaimana cara menghias dan membuat karya mereka supaya menjadi bagus, karena sesudah mereka berkarya, kami menjanjikan hadiah menarik bagi yang membuat vas atau bungan terbaik. Mereka benar – benar berusaha untuk membuat yang terbaik, semua itu Nampak dari kesungguhan wajah mereka, hal ini jauh berbeda dari kunjungan Saya yang pertama kali, di mana mereka sulit untuk diatur, tidak mau bekerjasama, dan tidak antusias mengikuti kegiatan walaupun pada waktu itu juga diterapkan system hadiah bagi anak yang membuat karya terbaik. Ketika mereka menghias vas bunga dan membuat anyaman bunga, mereka mulai banyak menyuruh kami membantu mereka, awalnya kami tidak mau karena mereka hanya mau cepat jadi dan menyuruh kami membuat materialnya dan mereka hanya tinggal menempel hiasan – hiasan itu, tetapi kami ingin mengajari mereka bagaimana cara agar bisa kami bantu. Pertama – tama kami hanya memancing dengan kata – kata “ Kalau mau dipotongi hiasannya bagaimana cara berbicaranya ? ”, mereka seringkali menjawab “ Potongin dong! ”, “Kak, cepat potongi ! ”, “Oi Kak, aku gak bisa potong nih, susah, potongin dong ! ”, mereka berbicara seperti itu Saya sudah mengerti maksudnya, tetapi mengapa tidak disertai kata “ tolong ”, akhirnya Saya memancing mereka dengan berpura – pura mencueki mereka dan beberapa saat kemudia muncul kalimat “ Kak, tolong potongin Saya gambar bintang ini dong ”, dari kalimat tersebut maka Saya segera membantu anak itu, anak itu bernama Rama dan ketika Saya membantu, teman – teman lain yang mendengar itu segera meminta dengan kata “ tolong ”, Saya sungguh puas karena merasa berhasil membuat teman – teman kecil Saya di Penas memahami seberapa pentingnya dan bagaimana cara meminta bantuan dengan baik.

Setelah kegiatan, kami bersama – sama berkumpul dan Pak Alex memilih sang juaranya, karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat sore, maka segera kami kembali ke rumah kami masing – masing.

Menghargai orang asing

By FELI

Berdasarkan kunjungan kemarin,secara pribadi saya belajar mengenai beberapa hal. Dari anak-anak yang berada di sanggar anak akar saya belajar untuk kembali menaikkan kembali semangat saya untuk belajar dan berkarya. Selama ini saya banyak mengeluh dan menganggap hidup saya sangat berat. Sehingga terkadang saya tidak melakukan tugas2 saya dengan maksimal. Tetapi melalui kunjungan saya kemarin ke sanggar, saya disadarkan bahwa hidup saya bukanlah yang terberat. Saya harus terus berusaha dan berjuang demi masa depan saya nanti. Maka itu saya mau lagi memperbaharui semangat saya untuk belajar demi mendapatkan masa depan yang cerah dan untuk meraih cita-cita dan impian yang saya miliki. Dari anak-anak di penas saya belajar untuk menghargai setiap orang yang hadir di hidup saya. Orang asing sekalipun. Mereka sangat menghargai kedatangan kami ke tempat mereka dan dengan antusias mengikuti kegiatan yang kami buat. Mereka juga mau mengeluarkan potensi mereka dan kesenangan mereka dengan optimal (khususnya para anak perempuan) sedangkan apabila kami berada di sekolah, terkadang saya pribadi sering mengabaikan dan menganggap remeh kegiatan yang dilakukan. Maka dari itu lewat kunjungan yang kami lakukan kemarin saya menyadari bahwa selama ini saya tidak melaksanakan tugas dan peranan saya sebagai pelajar dengan baik. Saya akan terus berusaha untuk melaksanakan peranan saya sebagai pelajar dengan lebih baik dan mengkontribusikannya kepada masyarakat dan lingkungan sekitar saya.


Pantang menyerah
By
Laurensius Sitanggang

Pada hari Minggu,10 Oktober 2010 kemarin, saya dan teman-teman beserta Pak Alex pergi ke sanggar anak akar untuk mengajarkan anak-anak di sana membuat bunga dari pita plastik dan pot bunga dari botol minuman kemasan bekas. Kami membagi anak-anak tersebut berdasarkan laki-laki dan perempuan, anak laki-laki membuat pot bunga dan anak perempuan membuat bunganya. Di sana saya mengajarkan seorang anak laki-laki bernama Samuel.

Samuel sangat serius dan antusias membuat pot bunga, terutama saat menghiasnya dengan kertas warna dan pita. Samuel sangat terbuka karena selalu berani untuk bertanya kepada saya jika ia kurang paham dan meminta bantuan jika ia kesulitan dalam suatu hal. Siakp terbuka itu membuat saya kagum karena dengan begitu ia bisa semakin paham dan bisa melakukannya. Ia juga tidak malu ketika sedang meminta bantuan. Karena saat meminta bantuan, temannya meledek Samuel karena belum bisa melakukannya sendiri. Tetapi saya yakin dan percaya jika ia terus berusaha dan berlatih pasti ia akan bisa melakukannya dengan baik.

Lalu Samuel juga pantang menyerah, karena saat semua anak laki-laki selesai membuat pot bunga, kami memberikan hadiah berupa handuk bagi siapa yang membuat pot bunga paling bagus. Samuel terus berusaha membujuk Pak Alex, yang menjadi juri, dengan tujuan agar ia menjadi pemenang dengan cara menunjukkan hasil karyanya. Ia terus berlomba dengan teman-temannya yang lain untuk mendapatkan hadiah tersebut. Walaupun akhirnya Samuel tidak menang, ia tetap bangga terhadap hasil kerjanya. Sikap terbuka dan pantang menyerah Samuel membuat saya kagum, dan saya merasa perlu untuk mengembangkan sikap-sikap itu di dalam diri saya.

Si Upin yang Mandiri

By. Adriel

Ini ada kali kedua saya mengunjungi sanggar akar, berbeda dengan kunjungan sebelumnya saat ini saya pergi dengan beberapa teman yang berbeda. Namun itu membuat saya semakin antusias pergi kesana. Mula-mula saya berniat untuk mengunjungi teman-teman yang ada di kampung melayu. Tetapi mendapat kabar kalau disana sedang di landa banjir maka kami memutuskan pergi ke rumah panggung. Disana setelah berkenalan dengan adik-adik yang sebagian sudah saya kenal, kami mulai melakukan aktifitas yang telah dipersiapkan sebelumnya yaitu membuat pot bunga dan hiasan bunga. Dengan menggunakan botol kaleng bekas, semua anak antusias untuk membuat pot mereka menjadi yang terbaik. Ada yang menempeli dengan nama mereka, ada pula dengan nama tokoh idola mereka seperti Upin dan Ipin. Saya sangat senang melihat antusiasme mereka, belum lagi ada satu hal yang mengejutkan saya yaitu ketika ada Kadal besar yang di tangkap oleh salah seorang teman kecil saya. Jujur saya sangat geli dengan hewan sejenis kadal, maka saya lari menjauh namun ia tetap asyik memainkan kadal itu walau akhirnya di lempar. hehehe sangat seru sekali! Puncaknya adalah ketika Pak Alex mau memnentukan siapa yang pot nya paling bagus, disana terliat anak laki-laki saling bergumul menunjukan karyanya, semuanya bagus sehingga Pak Alex cukup sulit menentukan. Akhirnya setelah di lihat dari nilai kerja keras dan kemadirian di dapat seoarng pemenang. Yang saya ingat dia adalah si "Upin", karena saya ikut membantu dia menggunting nama tersebut. hehehe..

terimakasih Kak untuk pengalaman yang selalu berharga di setiap kali saya berkunjung kesana. Semoga dapat berjumpa di pertemuan berikutnya. Keep moving forward yah ! salam buat anak-anak sanggar anak akar.


Tuesday, July 20, 2010

Pendidikan Nilai

Siapa mau Jadi guru?

Tuntutan masyarakat dan tugas menyiapkan masa depan bangsa merupakan tugas yang harus disadari oleh guru. Pedidikan menjadi sentra pembentukan manusia utuh yang mengintegrasikan antara kemampuan 1. otak, melalui pengetahuan (Hard Skills) dan Values hidup (Soft Skills). 2. Hari, melalui oleh budi, kepekaan, kepedulian dan keberpihakan kepada kebenaran dan keadilan. 3. Kaki-tangan, melalaui keterampilan, karya yang dihasilkan untuk orang lain. Agar guru dapat memberi maka Ia terlebih dahulu memiliki keutuhan tersebut. Otak yang cemerlang, Hati yang bersih serta kaki tangan yang lincah dan kuat. Untuk itu perlu kiranya guru dibekali banyak macam dan jenis kegiatan/pelatihan untuk menumbuhkan keutuhan tersebut.

Pelatihan-pelatihan bagi guru tidak hanya terbatas pada hard skills saja. Yang lebih penting adalah bagaimana mengembangkan dan menumbuhkan soft skills para guru,melalui pendidikan nilai. Pendidikan nilai mestinya menjadi core value-nya sekolah-sekolah di Indonesia. Sebetulnya pendidikan nilai menjadi tanggungjawab seluruh guru.

Sekarang ini tidak gampang menjadi seorang pendidikan, menjadi pengajar cukup berbekal ilmu dan keterampilan tetapi menjadi pendidikan yang betul tidak cukup dengan itu saja. Kalau ditanya kepada siswa, adakah dari mereka yang kelak mau menjadi guru? Hampir dipastikan tidak ada yang mau, kalau ada, itupun ragu.. Mengapa? Bukankan tugas ini mulia? Di Jaman Neokapitalis sekarang ini, menjadi guru adalah kesalahan, pilihan terakhir. Mengapa? Karena uang/modal menjadi orientasi sentral masyarakat kebanyakan. Sementara itu guru, menjadikan uang pada urutan terakhir. Uang penting untuk hidup tetapi bukan alat untuk hidup. Siapa mau jadi guru?

Thursday, June 17, 2010

Siswa SMA santa Ursula BSD peka terhadap orang miskin

Siswa SMA dan Anak Penas

Selama delapan bulan beberapa siswa SMA secara reguler setiap minggu pergi ke Penas kalimalang bekerjasama dengan sekolah tanpa batas Sanggar Akar Anak. Peran mereka terutama adalah meningkatkan kepekaan, kepedulian, dan berbagi pada anak-anak yang tidak seberutung mereka. Harapan kedepan adalah mereka (siswa) memiliki keberpihakan pada orang kecil, miskin dan terkucilkan. Simak hasil refleksi mereka.

Kumpulan Refleksi

KASA ( Kader Sanur )


Jesica Tifany


sanggar anak akar seru!

Pesan : anak-anaknya harus diajak lebih terlibat lagi :)

Kritik/saran : program ini sudah bagus, hanya saja seringkali anak baru dikasih kabar hari Sabtunya jika akan pergi di hari minggu, jadi banyak kurang persiapan

LYVIA


Waktu itu ke sana waktu lagi ada bazaar. Bazaar itu udah mulai dari pagi, tapi kami telat taunya, jadi kami telat dateng, sekitar jam duabelas baru sampai. Tapi bazaarnya masih berlangsung. Disana kami keliling sanggar, melihat ruangan-ruangan apa saja yang ada. Dikasih tau juga kalau di sanggar sudah ada sekolah sendiri dan masing-masing sudah ada penanggungjawabnya. Diceritain tiap hari pelajarannya seperti apa.
Lalu kami ikut dalam aktifitas di bazaar itu. Ada booth membuat topeng daur ulang yang dibuat dari kertas koran yang ditempel, lalu di cat dan dikeringkan. Juga mencoba mencetak kertas daur ulang.
Anak-anak di sanggar ramah. Mereka mau main bareng, ngobrol, dan nggak malu-malu. Kami mengobrol dengan beberapa anak disana.
Kebetulan hari itu juga ada kelompok sepeda dari alumni cannisius. Mereka membuat acara makan bersama di sanggar. Selesai makan, ada acara sharing.

Acara ke sanggar sangat menarik. Melihat bahwa anak-anak sanggar juga semangat. Kita bisa bertukar pikiran, pengalaman, dan ide ; sama-sama saling belajar.

Della Nadya

Di sana main beberapa games yg menguji kerjasama kelompok dan konsentrasi.
Trus, buat tempat pensil dari lintingan kertas walaupun belum selesai.
Selain itu jg pernah buat lampu hias sederhana.

Kesan : anak – anak sanggar akar sangat inspiratif. Tiap kali ke sanggar, Saya selalu bisa belajar lagi, terutama belajar untuk lebih menghargai apa yg Saya miliki.

Saran : kadang - kadang boleh juga kalo kita dengerin request dari anak2 sanggar akar tentang apa yang lagi jadi interest mereka buat dipelajari. Supaya, tidak semua ide dari kita2 aja, tetapi mereka juga bisa berkreasi.

Dio Dwianto


Selama periode tahun ajaran kali ini, saya telah dua kali pergi ke sanggar anak akar. Disana saya bertemu dan berinteraksi dengan masyarakat golongan bawah, dimana kehidupan disana lebih keras dan susah daripada kehidupan saya sehari-hari. Saya berbincang-bincang dengan masyarakat disana terutama anak-anak kecil. Program yang diberikan oleh pihak sekolah sendiri mengharuskan kami yang berangkat untuk menyiapkan permainan kecil-kecilan dan juga prakarya yang mudah namun berguna untuk diajarkan kepada anak-anak kecil disana. Anak-anak yang terlibat dalam kegiatan itu rata-rata berusia dibawah 10 tahun. Terkadang, ada beberapa anak remaja yang ikut, dan kadang pula beberapa orang tua dari anak-anak kecil itu ikut melihat kegiatan yang kami lakukan. Pada dasarnya, tujuan kami pergi kesana adalah untuk melatih kepekaan, belajar berinteraksi dengan berbagai golongan masyarakat, dan juga berbagi sedikit informasi dan kesenangan dengan mereka. Kami yang berangkat harus benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya agar anak-anak kecil disana tidak merasa bosan dengan kegiatan yang kami berikan, terlebih agar mereka juga mendapatkan hal yang berguna dari setiap kunjungan kami kesana. Menilik dari latar belakang kehidupan mereka, tak dapat dipungkiri pula terdapat nilai-nilai hidup yang berbeda dengan yang biasa saya pelajari. Maka, butuh kesabaran untuk “menertibkan” anak-anak agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Setiap kali kami datang kesana, saya mendapatkan kesan bahwa orang-orangtua disana cukup kooperatif dengan mendorong anak-anak mereka untuk ikut dalam kegiatan kami. Mereka juga ramah dan menerima kedatangan kami dengan tangan terbuka. Untuk anak-anak remaja, mereka agak kurang tertarik dengan kegiatan yang kami berikan, terutama remaja laki-laki. Mungkin dikarenakan kegiatan yang kami lakukan memang lebih ditujukan untuk menarik perhatian anak-anak kecil. Untuk remaja perempuan, kegiatan kami masih cukup menarik karena ada prakarya yang kami ajarkan setiap datang kesana dan tentu saja anak-anak perempuan lebih tertarik dengan hal-hal seperti itu. Meski terkadang anak-anak disana terlihat kurang antusias dengan program yang kami berikan, tetapi secara keseluruhan saya rasa mereka cukup senang dapat berinteraksi dengan kami, karena pada dasarnya anak-anak kecil lebih mudah berteman dan mereka senang memiliki teman-teman baru, yaitu kami. Usia kami yang cukup terpaut jauh juga tidak terlalu dipermasalahkan oleh mereka. Memang, pada awalnya agak sulit untuk membuat mereka mau membuka diri dengan saya. Ada rasa segan yang membuat mereka agak menjaga jarak, namun melihat hal itu saya berusaha untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu, dan lama-kelamaan mereka mulai berani untuk berbicara juga. Satu hal yang berkesan bagi saya adalah ketika ada seorang anak yang mengatakan kepada saya, agar terus datang kesana pada minggu-minggu berikutnya. Itu membuat saya terharu, dan menyadari bahwa ternyata ada yang menganggap kehadiran saya yang “cuma begitu saja” dihargai dan dapat meninggalkan kesan bagi anak itu. Terus terang saya juga mendapat hal-hal baru dari perjalanan kesana, terlebih dalam melatih kemampuan berkomunikasi saya. Satu hal yang saya cermati adalah belum berhasilnya saya untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak usia remaja. Mungkin selanjutnya dapat ditemukan kegiatan bersama yang juga dapat dinikmati oleh anak-anak besar.


Kezia Saraswati


Selama di Sanggar Anak Akar, saya disana mengajarkan anak-anak untuk membuat produk-produk keterampilan daur ulang dari bahan yang kita umum jumpai sehari-hari, seperti kain perca atau kertas koran. Disana saya juga bermain dengan anak-anak kecil dan melakukan sosialisasi dengan warga sekitar. Saya berbincang dengan anak-anak yang menghadiri sanggar, dan dari sana pengetahuan saya pun bertambah. Pada perjalanan menuju sanggar, saya juga menjadi melihat pemukiman warga kelas menengah ke bawah, dan alam di sekitar mereka. Hal ini menjadi perbincangan antara para anggota KASA dan Pembina yang menyertai kami.

Saya merasa terkesan dengan cara hidup warga-warga disana. Mereka memang kekurangan, namun mereka tetap menjalani hiidup mereka dengan senyum. Saya juga merasa terkesan dengan anak-anak yang belajar di sanggar, mereka memiliki semangat untuk belajar yang tinggi sekali meskipun dengan sarana yang terbatas, sehingga saya merasa bersalah telah menyia-nyiakan semua fasilitas yang saya miliki.

Satu hal yang masih saya rasa kurang adalah jadwal berkunjung ke Sanggar dari kita sendiri, karena sering tiba-tiba ada kekosongan jadwal sehingga membuat bingung para anggota. Sarannya adalah perbanyak gunakan kertas daur ulang yang dapat dijangkau masyarakat kecil juga, sehingga mereka dapat mempraktekkan pengetahuan-pengetahuan daur ulang tersebut sendiri. Terimakasih J

Refleksi dan Evaluasi Kegiatan Kaderisasi

Ariadne Dyah Paramitha

Kegiatan yang dilakukan di sana adalah :

Saat pertama kali ke sana ada acara bazaar, jadi kami melihat-lihat serta diajak berkeliling melihat tempat – tempat serta ruangan-ruangan di mana mereka melakukan banyak kegiatan seperti belajar dan melakukan keterampilan lain. Setelah itu kami ikut berkumpul dan mendengar cerita-cerita dari anak-anak Sanggar Akar tersebut.

Kali kedua kami langsung ke Penas. Di sana kami mengajarkan cara membuat boneka dari kaos kaki. Melakukan beberapa permainan di lapangan, bernyanyi bersama, serta bercerita. Anak-anak yang hadir saat itu menurut saya cukup antusias. Mereka mau mendengarkan dan melakukan kegiatan-kegiatan yang kita buat dengan baik.

Kesan :

Yang pertama kali saya rasakan senang karena dapat berbagi dengan anak-anak dari Sanggar Akar. Saya merasa walaupun kegiatan yang kami telah lakukan bukan kegiatan yang luar biasa namun ternyata dampaknya cukup besar bagi mereka. Saya berharap kegiatan ini dapat membawa dampak positif bagi diri saya pribadi dan anak – anak di sana.

Saran dan Pesan untuk Program Kita:

Selain kita mengajarkan cara membuat suatu keterampilan, kita juga bisa mengajarkan pelajaran sekolah yang mendasar, seperti matematika dasar, dan lain-lain. Selain dapat membantu mereka dan apa yang mereka dapat juga semakin banyak , kita juga dapat berinteraksi dengan mereka lebih lama.

Agnes


Refleksi Sanggar Anak Akar

Setelah satu kali saya menjadi semakin terbuka wawasannya tentang kemiskinan. Melalui kegiatan dan program ini, saya jadi bisa melihat kemiskinan secara nyata dan bukan hanya melihat teori ataupun berita dari media massa. Karena itu saya berpikir bahwa kegiatan atau program ke sanggar anak akar ini bagus sekali. Perlu untuk dipertahankan dan dilanjutkan. Sebab secara pribadi, melalui program ini saya tidak hanya belajar tentang realita kemiskinan tetapi juga belajar bagaimana caranya berinteraksi dengan masyarakat kaum menengah ke bawah dan juga interaksi kepada anak-anak. Selain itu saya juga belajar untuk semakin mandiri dan tidak tergantung dengan kendaraan pribadi karena untuk bisa ke sanggar anak akar kita harus menaiki kendaraan umum.

Saya baru satu kali pergi ke sanggar anak akar. Oleh karena itu belum banyak yang bisa saya lakukan disana. Yang pernah saya lakukan disana adalah mengajari anak-anak yang ada disana untuk membuat ikat rambut dan bros dari kain perca.

Sarannya untuk kegiatan yang akan kita lakukan di sanggar anak akar, jangan melibatkan benda-benda tajam seperti gunting dan jarum. Karena melalui pengalaman mengajarkan anak-anak membuat bros dan ikat rambut tersebut kami menggunakan gunting dan jarum yang cukup berbahaya apabila digunakan oleh anak-anak.

Laurensius Sitanggang ( Olan )


Selama kurang lebih setengah tahun ini, saya sudah pergi ke Sanggar Anak Akar sebanyak 2 kali. Pada waktu pergi untuk pertama kalinya, saya dan teman-teman yang lain membuat bingkai foto dari kardus bekas dan koran bekas serta gantungan kunci dari kain flanel bekas. Pada waktu itu anak laki-laki membuat bingkai foto, sementara anak perempuan membuat gantungan kunci.

Lalu pada waktu saya pergi untuk kedua kalinya, saya dan teman-teman yang lain tidak mengajarkan mereka membuat sesuatu seperti pada waktu pertama kali pergi, melainkan mengajak mereka bermain bersama. Permainannya antara lain adalah menebak nama teman, permainan melanjutkan kata, dan permainan ular naga panjang.

Selama 2 kali pergi tersebut, anak-anak Sanggar Anak Akar sangat antusias menunggu kedatangan kami. Mereka semangat sekali untuk membuat prakarya yang akan kami ajarkan pda mereka.

Kesan saya setelah pergi ke sana adalah ternyata mereka semangat sekali untuk mempelajari sesuatu yang baru. Mereka juga tidak malu-malu untuk berinteraksi dengan saya dan teman-teman yang lain. Saya terkesan dan senang dengan sikap mereka.

Untuk setengah tahun ke depan, harapan saya adalah semoga rasa antusias mereka tidak berkurang, dan semakin meningkat. Terima kasih.

Cyndu


Selama setengah tahun setelah Saya mendapat pendidikan kaderisasi ini, Saya sudah 4x berkunjung untuk berkunjung ke Sanggar Akar. Sejauh ini Saya memandang kunjungan ini bukan sebagai suatu yang hanya sebagai kewajiban atau mengisi waktu luang saja, tetapi Saya memandang tentang kunjungan ini adalah bagaiman Saya berdialog dengan diri Saya sendiri mengenai hubungan antara pendidikan kaderisasi yang diberikan dengan kunjungan ke Sanggar Akar ini. Sejauh ini Saya menjalani kunjungan ini dengan senang hati, karena kunjungan ini adalah media untuk Saya menerapkan pendidikan yang telah Saya terima selama 3 hari di Kaderisasi.

Saya tidak diminta untuk merubah nasib mereka, Saya tidak diminta untuk menyelamatkan mereka dari kemiskinan dan bahkan Saya tidak diminta untuk menyumbang bagi mereka yang kekurangan tersebut, tetapi melalui kunjungan – kunjungan yang telah Saya lakukan ini membuat Saya tidak akan pernah lupa seumur hidup Saya tentang mereka. Karena mereka menanamkan kesan di hati Saya yang mendalam, dan kelas jika suatu saat nanti Saya sudah menjadi seorang pemimpin yang sesungguhnya, maka Saya sudah mengetahui apa yang harus Saya perbuat di antara orang – orang yang berkekurangan.

Kesan

· Kesan untuk anak – anak kecil : Mereka memang sedikit susah diatur, Saya sadari dan maklumi itu karena pendidikan mereka yang kurang, terkadang mereka suka meminta barang yang kami bawa. Memang terkadang juga mereka sulit diatur, tetapi melihat mereka ketika bermain dan belajar bersama merupakan kesan terdalam bagi Saya.

· Kesan untuk para remaja : Para remaja di sana memang cenderung sedikit menutup diri, tetapi setelah Saya sapa, kami cepat akrab karena mereka semua ramah. Ketika mereka memainkan alat musik adalah kesan terdalam bagi Saya, sangat senang sekali Saya dapat melihat mereka sekreatif dan seterampil itu.

· Kesan untuk para orang tua : Mereka semua sangat ramah, ketika dalam perjalanan menuju tempat untuk mengajar, Saya berpapasan dengan banyak orang – orang tua lanjut usia, ketika meleati mereka dan Saya sapa, mereka membalas sapaan dengan sangat ramah.

Anna Felicia Riawan (Feli)

Selama hampir satu tahun ini saya mengunjungi sanggar anak akar dan penas sebanyak 2 kali. disana saya mengajak anak2 bermain dan juga membuat keterampilan. meskipun pertama-tama ada sedikit situasi yang cukup canggung di antara anak-anak KASA yang datang dan anak-anak yang hadir tetapi perlahan-lahan situasi menjadi lebih baik. kesan saya pertama kali pada saat saya datang ke sana adalah, saya sangat beruntung, bisa hidup di daerah yang nyaman, bersih, sehat dan juga bisa hidup dengan sejahtera dengan segala fasilitas yang ada di sekitar saya. kemudian perasaan kagum tumbuh dari hati saya karena anak-anak itu bisa hidup dengan gembira dan bersemangat meskipun dalam kondisi yang memprihatinkan seperti itu.

Saran saya untuk program kita ke depan adalah mungkin lebih ke pelaksanaan teknisnya. Setiap anggota yang maw berangkat diharapkan sudah mempersiapkan diri dari jauh2 hari misalnya awal minggu dan juga berkoordinasi dengan kelompok sebelumnya sehingga apabila ada yg perlu disampaikan pada anak-anak untuk kegiatan di minggu esoknya, dapat disampaikan oleh kelompok yang berangkat pada saat itu.

Sekiranya itu refleksi dari saya atas kegiatan ini.

LANJUTKAN!

Pristella

Saya sudah mengunjungi Sanggar Anak Akar sebanyak dua kali, kegiatan yang saya lakukan adalah mengajari anak-anak sanggar membuat ikatan rambut atau bros menggunakan kain sisa pada kunjungan yang pertama dan membantu menjelaskan kepada mereka cara membuat kompos menggunakan sampah-sampah organik pada kunjungan yang kedua.

Awalnya saya merasa bahwa kunjungan sosial seperti itu biasa saja, tetapi setelah saya mengalaminya sendiri, paradigma saya tentang kunjungan sosial yang biasa saja itu berubah. Kunjungan saya ke Sanggar Akar menjadi bermakna, saya melihat sendiri bahwa mereka yang kurang beruntung memiliki semangat dan daya juang yang tinggi, memiliki minat, berperan secara aktif, dan mau untuk memberikan diri sepenuhnya kepada setiap kegiatan yang diadakan. Hal ini membuat saya berefleksi terhadap diri saya sendiri yang terkadang cenderung menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk belajar dan memberikan diri sepenuhnya terhadap apa yang sedang saya lakukan atau terhadap apa yang orang lain berikan kepada saya.

Melihat banyak sisi positif yang dapat dipelajari dari kunjungan sosial ke Sanggar Akar menurut saya kegiatan ini harus terus dilanjutkan dan dikembangkan lebih lagi. Kegiatan yang dilakukan tentunya juga bukan hanya untuk bersenang-senang saja bersama mereka tetapi benar-benar diarahkan untuk membantu masa depan mereka kelak. Mungkin kita bisa bertanya kepada mereka minat dan bakat mereka berada di bidang apa dan setelah kita mengetahuinya, kita dapat mencari salah satu anggota kader yang memiliki kemampuan lebih di bidang tersebut lalu membantu mengembangkan bakat yang mereka, tujuannya agar setiap anak benar-benar merasakan manfaat dari adanya kunjungan sosial yang kita lakukan. Contohnya, anak A memiliki bakat di bidang musik dan ternyata salah satu anggota kader ada yang memiliki kemampuan lebih di bidang yang sama. Anak kader ini dapat membantu anak A dalam mempelajari lebih dalam mengenai musik dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya di bidang tersebut, melihat kita memiliki lebih banyak akses untuk mencari informasi melalui internet dan media massa lainnya menurut saya kita pasti dapat membantu mereka. Selain memperluas pengetahuan anak-anak Sanggar, kegiatan minat dan bakat ini juga membuat bakat anak-anak kader lebih berkembang karena bila kita mengajarkan orang lain kita pun belajar untuk diri kita sendiri. Ketika kita mencari informasi baru untuk mereka, kita pun menambah informasi yang kita miliki.


Jimmy Lim

Bagi saya sanggar anak akar adalah sebuah tempat dimana saya belajar banyak hal. Yang paling utama bagi saya adalah belajar bersosialisasi. Melalui sanggar anak akar, saya berusaha untuk bisa terjun ke dunia sosial yang lebih luas. Saya tidak hanya belajar secara akademis di sekolah, atau bersosialisasi hanya dengan teman-teman yang bisa dikatakan kaum-kaum berada. Disini saya belajar untuk membuka mata dan mengenal lebih banyak lagi orang-orang di luar sana. Mulai dari wataknya, hingga gaya hidup banyak orang di Indonesia yang sangat kontras, yang membuat saya lebih berpandangan global.

Saya pernah bertemu dengan seorang anggota DPRD. Saya juga sempat berbincang-bincang dengannya. Yang saya temukan adalah kesombongan, ketidak-ramahan, juga kemewahan. Memang, saya senang waktu itu disuguhi berbagai macam kue-kue yang terlihat mahal. Tapi gayanya itu, minta ampun sombongnya. Sangat kontras sifatnya dengan penduduk di daerah Penas, salah satu tempat yang saya datangi sebagai program dari Sanggar Anak Akar.
Kesan:
Penduduk sekitar sangat ramah. Kami yang berlalu-lalang selalu diiringi dengan senyuman yang tulus dari kebanyakan warganya. Anak-anaknya juga sangat rajin dan antusias. Membuat saya juga bersemangat untuk mengajarkan hal-hal baru kepada mereka. Pernah sesekali anak-anak laki-laki bertengkar memperebutkan bahan. Ada juga yang tidak mau membagi bahan kepada temannya. Saya memandang itu bukan dari kenakalannya, tetapi bagi saya, tindakan anak itu sangat menyadarkan saya dan memotivasi saya. Selama ini saya bekerja selalu ingin ditemani orang lain dan selalu bergantung pada orang lain. Melihat anak itu, saya sadar bahwa ada saatnya saya harus berani bekerja sendiri dan tidak melibatkan orang lain untuk turut campur dalam pekerjaan itu.

Pesan & Saran:
Untuk sanggar anak akar, saya sangat mengharapkan agar kegiatan yang kami lakukan bisa diberikan variasi. Tidak hanya mengajar membuat bahan-bahan daur ulang mungkin, tetapi juga me-review pelajaran-pelajaran sekolah.

Kanti S. Pernama

3 kali saya ke Sanggar, yang pertama kami melakukan tahap perkenalan dan adaptasi. Dan penilaian pertama yang saya dapatkan adalah mereka sangat ramah. Mereka berbeda dari apa yang sebelumnya saya bayangkan. Lalu yang kedua kalinya kami datang saat sanggar mengadakan acara bazaar. Kami ikut berpartisipasi dan bersosialisasi dengan mereka. Saya menemukan bahwa mereka sangat kreatif dan mampu menggunakan semua pengetahuan yang mereka dapat menjadi sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain. Untuk yang ketiga kalinya, kami pergi ke PENAS, dan mengajarkan bagaimana membuat boneka dari kaos kaki bekas. Mereka sangat antusias untuk belajar dari kami, dan mereka menghasilkan boneka yang unik-unik, hasil daya imajinasi mereka.

Kesan saya setelah melakukan aktifitas ke sanggar adalah mereka, orang-orang yang kekurangan, justru lebih giat dan lebih bersemangat untuk meraih mimpi mereka. Anak-anak itu tidak takut untuk bermimpi, karena mereka memiliki niat untuk mencapai apa yang mereka mimpikan. Satu hal yang jarang dimiliki oleh orang-orang yang sudah berkecukupan. Saya rasa kita semua harus belajar dari mereka, karena banyak sekali pelajaran hidup yang tidak bisa kita dapatkan dari sekolah.

Program ini baik, dan mampu membuka mata kita tentang kehidupan lain yang jauh dari kehidupan kita. Tapi pemilihan waktunya akan menjadi kurang efektif bagi kita anak-anak kelas 12. Karena kebanyakan dari kita, akan memiliki jadwal bimbel pada hari minggu, dari pagi sampai sore. Lalu, pembagian kelompok dan pemberitahuan jadwal berangkat kurang terorganisir, sehingga tidak ada persiapan dan agak membingungkan.

Lebih baik jika dibuat jadwal dan kelompok yang pasti, sehingga kedepannya akan lebih terorganisir. Lalu, beberapa hari sebelum jadwal keberangkatan, akan sangat membantu jika kelompok yang akan berangkat, diingatkan kembali.

Christa Levina D.


1. Kegiatan yang pernah dilakukan di sanggar anak akar?

Saya sudah pergi ke sanggar anak akar selama 2 kali. Kegiatan yang dilakukan pada saat pertama kali adalah berkenalan dengan anak-anak di penas tanggul, karena kebetulan dari semua anggota yang ada di kelompok saya baru pertama kali pergi kesana. Setelah itu saya dan semua anggota membagi mereka menjadi 4 kelompok dan membagikan beberapa stik eskrim untuk masing-masing kelompok. Kami mengajak anak-anak tersebut untuk membuat sesuatu dari stik eskrim tersebut. Kegiatan yang kami lakukan berlangsung sekitar kurang lebih 1 jam setengah. Setelah berpamitan, kami pun pulang. Pada kesempatan yang kedua saya pergi ke penas tanggul, kegiatan yang dilakukan pertama adalah bernyanyi bersama anak-anak tersebut. Setelah itu, saya dan teman-teman dari anggota kelompok mengajarkan anak-anak untuk membuat gelang atau kalung dari bahan yang mudah mereka dapatkan, yaitu tali rafia. Setelah kegiatan itu berakhir, kami pun berpamitan.

2. Kesan bagi saya

Menurut saya, kegiatan-kegiatan yang kami lakukan bersama anak-anak yang tinggal di lingkungan seperti penas tanggul memberikan banyak pengalaman. Dari kegiatan-kegiatan yang telah saya lakukan saya belajar untuk tetap berjuang keras meskipun keadaan sedang susah. Penduduk di penas tanggul merupakan penduduk yang tergolong dengan kehidupan ekonomi serba berkekurangan. Tetapi dengan keadaan mereka yang sedemikian rupa, mereka tetap berjuang untuk bisa bertahan hidup. Anak-anak yang berada di penas tanggul juga terlihat semangat dan senang dengan kedatangan kami. Mereka mau bekerja sama dan berusaha untuk mengikuti setiap kegiatan yang kami buat.

3. Saran dan kritik

Kegiatan yang dilakukan untuk di penas tanggul tetap diperhatikan tingkat kemudahannya, karena anak-anak disana kebanyakan masih terlalu kecil.


Noviana


Saya sudah melakukan kunjungan ke sanggar anak akar sebanyak 2 kali. Kunjungan pertama dilakukan bersama dengan kelompok saya yang juga didampingi oleh Pak Alex. Kegiatan kami adalah membuat tempat pensil dari kardus. Saat kami datang, anak-anak di sana masih belum terlalu aktif, jadi kami berusaha untuk mengajak mereka untuk ikut melakukan kegiatan dengan kami. Sebelum memulai membuat tempat pensil, kami mengajak anak-anak di sana bermain terlebih dahulu. Adanya permainan cukup menarik partisipasi dari beberapa anak. Saya merasa cukup senang saat melakukan kunjungan pertama ini, walaupun keadaan di sana sedikit di luar perkiraan saya. Mereka tinggal di pemukiman yang terbatas. Walaupun begitu, beberapa di antara anak-anak itu sudah bersekolah.

Kunjungan kedua saya lakukan bersama dengan beberapa anggota KASA secara acak, yang didampingi oleh Ibu Purwi. Kegiatan kami saat itu adalah membuat bintang-bintangan dari kertas. Walaupun kami tidak memulai kegiatan hari itu dengan permainan, anak-anak di sana pada saat kunjungan saya yang kedua ini sangat antusias. Mereka lebih aktif dan suasana kegiatan pun jadi lebih menyenangkan daripada kunjungan saya yang pertama. Dari bintang-bintangan itu, kami membantu mereka membuat berbagai barang, seperti kalung dan gelang. Anak-anak diberikan kertas yang sudah dipotong-potong, kemudian diajarkan cara membuatnya. Suasananya lebih lepas dan kami bisa berinteraksi dengan anak-anak di sana dengan cukup baik. Kendalanya adalah saat itu sedang turun hujan, jadi air hujan itu merembes ke pondok tempat kami melakukan kegiatan. Tapi kegiatan tetap berlangsung dengan baik walaupun begitu.

Lady
Apa yg pernah dilakukan :
Mengunjungi sanggar anak akar sebanyak 1 kali. Melihat-lihat kondisi sanggar dan memberikan permainan serta kegiatan ketrampilan untuk anak-anak.
Kesan : Menyenangkan dan sangat menantang. Karena ini merupakan pengalaman baru bagi saya. Saya bisa belajar untuk sabar dalam mengajari ketrampilan kepada anak-anak. Serta mendengar berbagi cerita dan keluh kesah mereka.

Tuesday, April 27, 2010

2010 WORLD UNIVERSITY RANGKING


1. 1. 1 . . Massachusetts Institute of Technology United State

Spanning five schools — architecture and planning; engineering; humanities, arts, and social sciences; management; and science — and more than 30 departments and programs, an education at MIT covers more than just science and technology.
Arts, business, foreign languages, health and more complete an education at MIT, and the Institute makes freely available its class lecture notes, exams and videos through MIT's

2. 2. Stanford founded the University United State

Located between San Francisco and San Jose in the heart of Silicon Valley, Stanford University is recognized as one of the world's leading research and teaching institutions.

Leland and Jane Stanford founded the University to "promote the public welfare by exercising an influence on behalf of humanity and civilization." Stanford opened its doors in 1891, and more than a century later, it remains dedicated to finding solutions to the great challenges of the day and to preparing our students for leadership in today's complex world.

3. 3. Harvard University United State

Harvard University is proud to be an integral part of Greater Boston. The vitality of our host communities, united with the academic and cultural power of Harvard, results in extraordinary, mutually beneficial relationships that enrich lives both at Harvard and in the community.

4. Universidad Nacional Autónoma de México (UNAM) Mexico

5. Berkeley University of California United State

Historical highlights, arranged by topic, following the campus's development — from UC's founding in 1868 to a turn-of-the-century building boom, a research explosion in the 1930s, the Free Speech Movement of the '60s, and Berkeley's key role today in science and technology revolutions.

6. Peking University China

Direkomendasikan oleh Departemen Pendidikan dan Kota Beijing Sains dan Teknologi Awards 2010 menerima direktori proyek nasional 19 Maret 2010 rilis. Dari jumlah tersebut, tujuh melaporkan proyek penilaian dari Universitas Peking. Sejak publikasi dalam waktu 60 hari dari tanggal dari setiap unit atau individu memegang keberatan terhadap proyek dapat dilakukan secara tertulis kepada penghargaan nasional yang diusulkan. Untuk rincian, lihat penghargaan nasional menjalankan situs Web (http://www.nosta.gov.cn ) "State kantor Sains dan Teknologi Penghargaan Pemberitahuan (No. 57)

7. University of Pennsylvania United Stated

With 165 research centers and institutes, research is a substantial and esteemed enterprise at Penn. As of fiscal year 2010, the research community includes over 3,800 faculty and over 1,000 postdoctoral fellows, over 5,400 academic support staff and graduate assistants, and a research budget of $814 million. The scale and interdisciplinary character of our research activities make Penn a nationally-ranked research university.

8. Cornell University United Stated

Once called "the first American university" by educational historian Frederick Rudolph, Cornell University represents a distinctive mix of eminent scholarship and democratic ideals. Adding practical subjects to the classics and admitting qualified students regardless of nationality, race, social circumstance, gender, or religion was quite a departure when Cornell was founded in 1865.

9. Shanghai Tjiao Tong University China

Shanghai Jiaotong University, lembaga Cina tertua pendidikan tinggi, yang secara langsung berada di bawah Departemen Pendidikan, Departemen Pendidikan dan membangun sebuah universitas utama nasional di Shanghai adalah sebuah "" nasional Lima Tahun Seventh, Eighth Lima Tahun "konstruksi kunci dan" 211 Project ", "Proyek 985" pembangunan universitas pertama. Setelah 113 tahun dari upaya tak henti-hentinya, Shanghai Jiaotong University telah menjadi "yang komprehensif, penelitian berbasis internasional" domestik kelas satu, universitas internasional terkenal, dan bergerak terus ke universitas kelas dunia. Akhir abad kesembilanbelas, Sino-Jepang perang usaha, marabahaya nasional. Mr Sheng, dan sekelompok orang yang berwawasan menjunjung tinggi, "diri pertama-penyimpanan hanya dalam, pertama kali harus mendirikan sekolah reservoir" kepercayaan, tahun 1896 di Shanghai Jiaotong University, mendirikan pendahulunya - Nanyang. Sekolah pada awal sekolah yang mematuhi "pencarian kebenaran studi, industri praktis," tujuan mengembangkan bakat "kelas" sebagai tujuan, Jing Qin agresif, gigih bekerja tanpa kenal lelah, pada abad kedua puluh dan dua puluhan dan tiga puluhan telah menjadi lembaga yang terkenal pendidikan tinggi , dikenal sebagai "MIT Oriental". Perang Anti-Jepang, para guru dan siswa dengan susah payah, Inland Chongqing, mematuhi sekolah, banyak siswa Pen untuk Pedang, medan pertempuran berdarah. Menjelang pembebasan guru dan siswa berperan aktif dalam revolusi demokratis, sekolah yang dikenal sebagai benteng "demokrasi." Pendirian Baru Cina, untuk memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi nasional, sekolah disesuaikan jumlah fakultas unggul, disiplin, lembaga-lembaga untuk mendukung pengembangan saudara dalam negeri; lima pertengahan tujuh puluhan, tanggapan sekolah untuk panggilan pembangunan bangsa barat laut Cina, setelah ke arah barat Gerakan dua sekolah, sekolah independen dan perubahan lain, untuk pembangunan sistem pendidikan tinggi Baru Cina, mempromosikan pembangunan sosialisme telah memberikan kontribusi penting

10. Yale University United Stated

Yale University comprises three major academic components: Yale College (the undergraduate program), the Graduate School of Arts and Sciences, and theprofessional schools. In addition, Yale encompasses a wide array of centers and programs, libraries, museums, and administrative support offices. Approximately 11,250 students attend Yale.