Wednesday, July 29, 2009

Startegic Challenges St Ursula BSD

Strategic challenges St Ursula BSD

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, perubahan budaya –sosial, teknologi dan peradaban dapat mempengaruhi strategi pengajaran secara umum dengan adanya penyesuaian kurikulum maupun secara strategi khusus di dalam kelas. Guru sebagai sosok pemerhati, pengembang, dan pelaksana kurikulum harus memiliki karakter pendidikan yang msmpu menciptakan gaya hidup, life being system.
Beberapa hal yang perlu dimiliki pendidik :
A. Keberanian pengajar/pendidik mempertanyakan
IT :mengingat, menganalisis, mengobservasi, mensintesakan, memikirkan, dan mempertanyakan
dengan IQ untuk menjadikan ;
ME : Hubungan/relasi,
dengan EQ yang dapat ;
US : direfleksikan, dipercaya dan didoakan, dengan menggunakan SQ
Jadi IT berkaitan mengajar subjek, ME berkaitan arti hubungan/relasi sedangkan US untuk mendidik siapakan anda.
Bagaimana IT-ME-US dapat dilakukan di dalam proses pembelajaran? Ada beberapa tahapan pembelajaran anata lain :
1. Tahap pertama, pendidik perlu mengajak siswa untuk melakukan pengolahan dengan menggunakan IQ melalui kegiatan :
- mengingat (hafalan) menjadi menganalisa
- Mengobservasi menjadi mensintesakan
- Memikirkan menjadi mempertanyakan
2. Tahap kedua, pendidik perlu mengajak siswa untuk mengkaitkan antara hal-hal yang diperolehnya dari pengetahuan yang ada dengan kehidupan. Ilmu yang didapat oleh siswa tidak boleh berhenti hanya sebatas pengetahuan saja tetapi pendidikan perlu mengajak siswa menerapkan, mengkaitkan dengan realitas kehidupan mereka dalam masyarakat
3. Tahap ketiga, pendidik mengajak siswa untuk melakukan refleksi dengan melihat nilai-nilai hidup yang diperoleh dengan mempelajari suatu ilmu pengetahuan. Refleksi terhadap nilai-nilai hidup-core value merupakan tujuan utama dari proses pembelajaran, bukan hanya ditekankan oleh guru KWN atau agama saja tetapi semua guru perlu mengajak siswa merefleksikan nilai hidup apasaja yang diperolehnya setelah mengikuti suatu proses pembelajaran. Contoh 10 nilai hidup yang coba diterapkan pada sekolah saya, antara lain :
Kedisiplin, kejujuran, penghargaan, kepekaan, kepedulian, kerjasama, daya juang, religiositas, kemandirian dan cinta lingkungan
Dalam proses belajar mengajar pendidik perlu mempertanyakan sejauhmana pengatahuan yang diajarkan dapat menginternalisasikan nilai-nilai yang ada di dalamnya sehinggan dapat bermanfaat tidak ahany bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi lingkungan sekitar. Pada tahap ini siswa diajak tidak hanya menerima pengetahuan tetapi juga memberikan manfaatnya bagi orang lain.
Beberapa kecenderungan arah pendidikan di Indonesia adalah penekanan pada persiapkan siswa untuk kerja/karir dan menempatkan hidup pada sesuatu yang dihubungkan dengan ekonomi, system eksternal dan material. Sebenarnya akan lebih baik bila pendidikan lebih menitik beratkan pada pada bagaimana siswa mempersiapkan hidup yang bernilai (panggilan) dan menciptakan gaya hidup, life being system. Semoga kita tidak terjebak pada hal-hal yang bersifat praktis dan teknis belaka.

Tuesday, July 28, 2009

Peneltian Tindakan Kelas

Teman-teman guru seindonesia, kami guru st Ursula BSD, mencoba membangun budaya sharing- berbagi pengalaman. Tulisan berisi berbagai hasil penelitian dari guru dengan disiplin ilmu yang berbeda. Kami masih belajar mohon maaf kalau hasilnya kurang memadai. Paling tidak kami sudah berbuat sesuatu untuk meningkatkan kualitas guru dan siswa. Terima kasih.
Topik Penelitian
Penilaian berbasis portofolio dalam pembelajaran Fisika di SMA kelas XI IPA
Oleh : Alex Prabu
guru Fisika SMA Santa Ursula BSD


Latar belakang

Di dalam suatu sistem pengajaran atau pelatihan bisanya setelah selesai pengajaran atau pelatihan diadakan penilaian untuk mengukur sejauhmana proses pendidikan dan pengajaran tersebut telah dikuasai oleh peserta didik atau belum. Angka atau nilai tertentu biasanya dijadikan patokan untuk menentukan penguasaan program tersebut. Jika dianggap telah menguasai maka ia dinyatakan lulus, sebaliknya jika dianggap belum menguasai maka ia dinyatakan tidak lulus. Kriteria ketuntsan belajar menjadi patokan bagi guru atau sekolah untuk menilai siswa lulus atau tidak untuk kompetensi dasar tertentu. Berdasarkan standar ketuntsan SMA Santa Ursula BSD, yaitu siswa kelas XI IPA dikatakan tuntas bila mereka mendapatkan nilai ≥ 73,00, maka misalkan siswa A mendapat nilai 70,00 pada kompetensi dasar yang diujikan maka dikatakan ia tidak tuntas dan harus mengulang sampai mencapai ketuntasan. Jika siswa B mendapat nilai 88 maka ia sudah tuntas dan boleh melanjutkan kompetensi yang berikutnya.
Ilustrasi di atas menjelaskan makna penilaian secara sempit. Mengapa dikatakan demikian? Sebab penilaian itu pada hakekat-nya tidak hanya dilakukan sesaat, akan tetapi harus dilakukan seca­ra berkala dan berkesinambungan.
Adanya berbagai kelemahan pelaksanaan penilai­an yang dilakukan sesaat dan parsial tersebut, dikembangkanlah sistem penilaian yang lebih komprehensif yang mempertimbangkan segala aspek dari peserta didik dan dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Misalnya untuk menentukan nilai rapor siswa, seorang guru menyimpulkannya dari rata-rata hasil ulangan harian, ulangan umum, tugas-tugas terstruktur, catatan perilaku harian siswa dan laporan kegiatan siswa di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar. Semua indikator proses dan hasil belajar siswa itu ternyata terdapat dalam catatan atau dokumen. Salah satunya yang kami sebut di SMA Santa Ursula BSD adalah tugas kecil.
Selama ini tugas kecil sudah dilakukan namum belum pernah diteliti seberapa jauh manfaat yang dirasakan siswa dan kesulitan apasaja yang dihadapi siswa didalam membuat tugas tersebut. Sebelumnya beberapa siswa sangat antusias membuat tugas bahkan sebelum batas waktu pengumpulan ada siswa yang sudah mengumpulkan tetapi dilain pihak ada juga siswa yang kurang tertarik dan tidak pernah membuat tugas tambahan tersebut.


Pertanyaan riset
1. Mengapa siswa tertarik membuat tugas tambahan
2. Adakah manfaat bagi siswa dalam membuat tugas tambahan
3. Kesulitan apasaja yang siswa alami ketika membuat tugas tambahan
4. Apakah usulan agar tugas tambahan lebih bermanfaat dan mudah dibuat


Landasan Teori
Proses pengajaran yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar bertujuan untuk menciptakan sutau iklim belajar yang konduksif dan terus menerus. Terkadang guru yang sudah cukup lama mengajar, tanpa menyadari perlunya perubahan ataupun melihat kembali sejauhmana sistem, metode yang dipakai memberikan dampak positif bagi guru dan siswa. Menurut Paul Suparno (Riset Tindakan untuk Pendidik, 2007), mengatakan bahwa menjadikan guru atau pendidik dalam melakukan refleksi terhadap apa yang dibuat dan menjadi tugasnya sehingga tidak berjalan rutin belaka. Guru dapat mengevaluasi apa yang telah dilakukan, lalu memperbaiki kekurangannya.
Model Penilaian Berbasis Portofolio (Portfolio Based Assessment) mengacu pada sejumlah prinsip dasar penilaian. Menurut Dr. Dasim Budimansyah, M. Si. (2002), prinsip-prinsip dasar penilaian dimaksud adalah penilaian proses dan hasil, penilaian berkala dan sinambung, penilaian yang adil, dan penilaian impikasi sosial belajar.
1. Prinsip Penilaian Proses dan Hasil
Model penilaian berbasis portofolio menerapkan prinsip penilaian proses dan hasil sekaligus. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan perilaku harian atau catatan anekdot mengenai sikapnya dalam belajar, antusias tidaknya dalam mengikuti pelajaran, dan sebagainya. Aspek lain dari penilaian proses misalnya menilai tugas-tugas terstruktur yang diberikan guru. Apakah tugas-tugas tersebut dikerjakan dengan baik, tidak asal jadi. Apakah untuk mengerjakan tersebut ia mempelajari lebih banyak sumber bacaan.
2. Prinsip Penilaian Berkala dan Sinambung
Model Penilaian Berbasis Portofolio menerapkan penilaian berkala. Dalam menilai hasil misalnya, secara setiap selesai satu satuan pelajaran diadakan ulangan harian dan tugas tertruktrur. Dalam menilai Tugas terstruktur sebagai tagihan misalnya, diberikan satu satuan pelajaran dan direkap setiap minggu/bulan
3. Prinsip Penilaian yang Adil
Penilaian yang baik hendaknya memperhatikan kondisi dan perbedaan-perbedaan individual Mengapa kondisi dan perbedaan-perbedaan individual perlu diperhatikan ? Karena kedua hal itu berkaitan dengan masalah keadilan. Tidak adil jika seorang siswa dinyatakan naik atau tidak naik kelas hanya berpedoman pada hasil ulangan umum misalnya, tanpa memperhitungkan kondisi dan perbedaan-perbedaan individual setiap siswa.
4. Prinsip Penilaian Implikasi Sosial Belajar
Model Penilaian Berbasis Portofolio tidak terbatas pada menilai kemampuan kognitif semata-mata, akan tetapi menilai juga kemampuan-kemampuan yang lain, termasuk di dalamnya menilai implikasi sosial belajar.
Beberapa manfaat penilaian berbasis portofolio memberikan beberapa manfaat bagi guru, antara lain :
1. Melakukan pengecekan indikator-indikator perkembangan belajar siswa.
2.Memantau perkembangan kemampuan belajar siswa, baik memantau hasil maupun proses belajarnya.
Memberikan penghargaan terhadap siswa yang perkembangan belajarnya sangat istimewa, semisal dengan cara memberikan pujian, memberikan penguatan kembali (reinforcement) kepada siswa yang memperlihatkan gejala penurunan kemampuan belajarnya, dan memberikan dorongan kepada para siswa yang kemampuan belajarnya lambat.


Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data disesuaikan dengan maksud dan tujuan penelitian dan mengacu pada siklus penelitian. Ada dua siklus dalam penelitian ini
Siklus pertama
Pembelajaran di dalam kelas dan diakhiri dengan mengingatkan pembuatan tugas kecil. Setelah itu mengadakan penyebaran angket, penugasan dan pengamatan.
Siklus kedua
Untuk memperkuat dan mengecek temuan maka dilakukan wawacara bagi siswa yang selalu membuat tugas tambahan dan yang tidak membuat tugas tambahan.


Data dan analisa data
Siklus pertama

1. Pada siklus pertama peneliti melakukan pengajaran seperti biasa yang terjadi yaitu ;
- Setiap memulai KD atau bab baru, memotivasi siswa lewat pengenalan KD melalui contoh-contoh penerapan dalam teknologi keseharian siswa maupun pengembangan ilmu.
- Memberikan pertanyaan pendahuluan sebagai prasyarat KD yang akan dipelajari
- Membuat janji ulangan harian
- Melakukan pengajaran dengan berbagai metode, minimal ceramah dan diskusi
- Mengajak dan mengingatkan untuk membuat tugas kecil dan memberitahukan kapan tugas paling lambat dikumpulkan. (Siswa tidak diwajibkan untuk membuat, jadi bersifat hanya bersifat anjuran)
- Mengkomunikasikan rublik penilaian (tabel 1.2-terlampir)
Sebelum ulangan harian dimulai biasanya beberapa siswa mengumpulkan tugas kecil dan saya tidak akan menerima lagi bila dikumpulkan setelah ulangan harian selesai. Untuk KD/materi ini, ada 17 siswa mengumpulkan tugas (tabel 1.2-terlampir).
2. Melakukan pengumpulan data melalui angket
Angket disebar kepada seluruh siswa dengan katagori siswa yang pernah membuat tugas kecil dan belum pernah membuat.
Hasilnya sebagai berikut :
Siswa yang pernah membuat tugas kecil sebelumnya



Dari angket yang telah diisi, ternyata sebagian besar siswa mengerjakan tugas sehari sebelumnya padahal pemberitahuan tugas kecil ini sudah diberitahukan minimal satu minggu sebelumnya. Hal ini dikarena kebiasaan siswa menunda pekerjaan. Mereka tertarik membuat tugas tambahan ini karena adanya tambahan nilai yang diberikan, sekaligus bermanfaat menambah pemahaman konsep-konsep yang diberikan di dalam kelas dan sekalian belajar. Sumber yang paling banyak digemari oleh siswa adalah media internet. Hal ini dapat diapahami karena artikel yang di publikasikan dalam koran, majalah agak sulit untuk ditemukan.
Mengenai siapa saja yang membantu menyelesaikan tugas, ternyata sebagian besar menyelesaikan sendiri tanpa bantuan orang lain, dengan cara melihat buku teori dan membuat analisa sendiri. Skor 15 poin maksimal yang diberikan oleh guru bila membuat tugas dengan baik dirasakan cukup memadai. Selanjutnya mereka merasa puas membuat tugas kecil ini, karena merasa dapat menambah pemahaman konsep, memperjelas materi, mendapat tambahan nilai, belajar menganalisis, serta merasa puas mengerjakan sendiri. Sedangkan siswa yang tidak puas lebih karena merasa tidak memiliki kemampuan untuk menganalisis.
Saran dan usul mereka adalah tugas kecil tetap dilanjutkan bahkan diwajibkan pada semua siswa, namun diberikan cara menganalisis yang benar dan diberikan cara mencari sumber yang baik. Untuk penambahan nilai mereka mengusulkan agar penambahan tetap terjadi jika ulangan mereka pada KD ini sudah mendapat 100. Mengenai waktu pengumpulan tugas di lakukan 2 -3 hari setelah ulangan harian KD yang bersangkutan.
Siswa yang belum pernah membuat tugas



Bagi siswa yang belum pernah membuat tugas kecil, mereka kesulitan melakukan pembahasan dan mencari artikel yang berhubungan dengan KD/materi yang bersangkutan. Mereka juga merasa bahwa teori yang telah diberikan di dalam kelas sudah cukup memadai untuk memahami KD/materi yang dipelajari. Ketika ditanya apakah mereka berkeinginan membuat tugas kecil di kemudian hari? Sebagian ingin dan sebagian lagi tidak ingin. Tidak ingin karena kurang waktu (banyak tugas pelajaran lain), sulit memahami, malas serta koneksi internet kurang baik. Sebagai usulan mereka minta diingatkan 1 minggu sebelum waktu akhir pengumpulan dan diberikan contoh cara pembahasan.

Refleksi
Pada siklus pertama ini saya merasa bersemangat sekali mendengarkan dan melihat hasil evalusai siswa terhadap pengajaran berbasis fortopolio (saya sebut tugas kecil) karena tugas ini sudah lama saya lakukan namun belum pernah dievaluasi. Apalagi melihat bahwa siswa mendapat manfaat dari segi nilai maupun kemampuan memahami konsep dan menganlisis. Kebanyakan siswa bahkan meminta agar kegiatan ini diwajibkan pada seluruh siswa namun saya berfikir tetap saja dulu memberikan kebebasan pada siswa untuk menentukan pilihan terbaik bagi mereka. Hal ini penting agar siswa tidak terbebani dan mendidik siswa untuk mandiri. Untuk siswa yang tidak membuat tugas lebih karena mereka kurang memahami cara menganalisis dan mencari artikel. Kalau kedua hal ini diperbaiki atau diberikan contoh maka kemungkinan besar banyak siswa yang tertarik untuk membuat tugas kecil ini.
Pada pertemuan selanjutnya saya akan memberikan contoh artikel serta pembahasan yang mendapat skor tertinggi dan pembahasan dari artikel yang mendapat skor terendah.

Siklus Kedua
Materi Kompetensi dasar pada siklus pertama sudah selesai. Pada siklus kedua saya memberikan materi baru yaitu Thermodinamika. Langkah pengajaran di dalam kelas sama seperti pada siklus pertama, namun pada awal pelajaran saya memberikan contoh pembahasan dari artikel yang berasal dari salah satu siswa yang mendapat skor tertinggi dan yang terendah. Memberikan masukan hal-hal apasaja yang perlu diperbaiki agar mendapat skor tinggi. Saya juga memberikan kemungkinan topik yang menarik untuk dibahas yang berhubungan dengan materi ini. Setelah itu, mengkomunikasikan hasil angket baik yang tertarik maupun yang kurang tertarik. Pada bagian akhir, saya sekali lagi mengingatkan siswa untuk membuat tugas kecil dan mengumpulkannya pada saat paling lambat sebelum ulangan harian untuk KD/materi ini.
Pada pertemuan berikutnya, disela-sela waktu siswa latihan soal, saya melakukan wawacara dengan cara mendekat beberapa siswa. Siswa yang diwawancarai adalah siswa yang selalu membuat tugas sebanyak dua orang, dua orang jarang dan yang belum pernah dua orang. Wawancara bersifat terbuka dengan pertanyaan pokok ; bagaimana pendapat mereka tentang tugas kecil yang diberikan selama ini. ” Pak bagaimana kalo tugas ini diwajibkan saja, pak !. sebab ia melanjutkan, ” kalo tidak diwajibkan siswa merasa tidak perlu dan tidak sadar bahwa ini berguna.” demikian salah seorang siswa yang selalu membuat. Berbeda dengan siswa jarang membuat tugas, ia merasa tidak perlu diwajibkan. Menarik bagi saya, ini datang dari siswa yang tidak pernah membuat tugas, ia mengatakan bahwa,” saya akan membuat tugas terakhir kali dalam semester ini, pak! tapi bapak bantuiin ya mencari artikelnya”. Keenama siswa menilai bahwa tugas kecil ini bermanfaat dan perlu dilanjutkan lagi dengan bimbingan yang lebih terarah. Semuanya sepaham bahwa tugas ini perlu untuk menambah wawasan siswa serta membantu pemahaman dan yang lebih penting lagi mereka mendapat tambahan nilai. Tetapi mereka tetap meminta bantuan agar dijari cara menganalisis dan mencari artikel yang sesuai dengan KD/ materi yang bersangkutan.
Pada siklus kedua, siswa mengumpulkan tugas kecil, terjadi peningkatan yang cukup menggembirakan. Ada 24 siswa yang mengumpulkan tugas, padahal pada siklus pertama ada 17 siswa saja. (tabel 1.2-terlampir)
Refleksi
Pada siklus kedua ini, saya merasa diyakinkan lewat pembicaraan dengan beberapa siswa bahwa yang dilakukan selama ini sudah benar, dan sungguh dapat membantu mereka dalam pemahaman konsep dan teori yang diberikan. Itu berarti, guru sudah melakukan penilaian yang adil dan utuh tidak hanya dari sisi ulangan tertulis saja. Saya merasa senang melihat adanya peningkatan jumlah siswa yang menumpulkan tugas. Membuat siswa bersemangat dan merasa dihargai oleh guru sungguh suatu kondisi yang mengangkat harga diri dan kepercayaan siswa. Efek jangka panjangnya bahwa mereka juga akan menghargai orang lain dan tidak melakukan penilaian hanya berdasarkan data yang tunggal saja.


Kesimpulan
Dari data dan analisis data didapat bahwa metode pengajaran Fisika berbasis portofolio dalam bentuk pemberian tugas kecil cukup menarik siswa untuk mencoba memahami Fisika lebih jauh lagi, disamping mereka merasa ada manfaat mengerjakan tugas kecil karena mendapat tambahan nilai, dan siswa merasa lebih faham terhadap konsep dan teori fisika yang dijarakan dikelas. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa adalah lebih pada tehnik bagaimana melakukan analisis dan bagaimana mencari artikel yang sesuai. Sebetulnya kedua hal ini jangan sampai menjadi kendala untuk siswa. Guru dapat mengambil peran sebagai orang yang pernah melakukan analisis serta membantu siswa untuk mencarikan contoh beberapa artikel yang ada di web, portal, media cetak dan media lainnya.

Rekomendasi
Untuk guru
1. Metode portofolio dapat dipakai sebagai salah satu variasi metode pengajaran
2. Metode ini dapat dipakai untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh sehingga siswa merasa dihargai dan hasil evaluasi dapat dipercaya.
3. Untuk memulai metode ini, guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentang bahan/artikel baik isinya maupun sumber artikel sehingga dapat membantu siswa yang kesulitan menganalisis maupun mencari artikel yang baik.
4. Guru sebaiknya bersifat terbuka terhadap pendapat siswa dan menghargai setiap pendapat yang mereka tulis di dalam lembar tulisan.
5. Selalu mengingatkan siswa tentang deadline dan mengikuti perkembangan tulisan mereka, dan siap membantu jika mereka mendapat kesulitan.


Daftar Pustaka

Suparno, Paul. 2007. Riset Tindakan untuk Pendidik : Jakarta :Grasindo
Dr. Dasim Budiman, M.Si. 2002. Model pembelajaran dan Penilaian : Genesindo: Bandung